Senin, 20 Februari 2017

Kisah Dewasa Kisah Mesum Kisah Bokep

Pada saat KKN di suatu daerah terpencil di Jawa Tengah (Di suatu dusun kecil yg belom terjangkau angkutan dari arah kota, bahkan untuk mencapai jalan raya yg dilalui mobil angkutan, harus berjalan kaki selama 2 jam), kukira warganya masih terbelakang dan kurang pergaulan. Maklum di salah satu dusun, yg dihuni sekitar 100 keluarga, cuma satu yg mempunyai TV dgn menggunakan aki. Tetapi kenyataannya lain. Inilah pengalamanku hidup ditengah-tengah penduduk tersebut, tentu saja pengalamanku di bidang seks.
Aqu kebetulan menginap di rumah Sekdes, yg ternyata seorang ibu muda aqu taksir kurang dari 40
tahun. Langsing, kulitnya mulus dan rupawan. Memang lain dibandingkan dgn penduduk
kebanyakan di sekitarnya. Dan yg menjadikan aqu sangat bernafsu adalah karena statusnya yg janda
beranak satu.

Disuatu sore, menjelang malam, ketika baru datang dari kampus untuk konsultasi skripsi, kudapati
rumah Neng Murti (begitulah panggilan Sekretaris Dusun yg rumahnya kutempati itu) terlihatnya sepi.
Badanku basah kuyup, karena kehujanan sepanjang perjalanan kaki dari jalan raya. Aqu dorong
pintunya dan ternyata tak terkunci. Aqu segera menuju ke kamarku, kulepas semua pakaianku dan
kukeringkan dgn handuk. Tiba-tiba ada suara langkah mendekati kamarku, kuintip dari balik korden,
Neng Murti mendekat ke kamarku. “Ini kesempatan,” pikirku.
Aqu terus mengeringkan kepalaqu dgn handuk sesampai mataqu tertutup dan pura-pura tak tahu
kalau Neng Murti mendatangi kamarku. Tanpa kusengaja kemaluanku jadi bertambah besar.
Tergantung kesana-kemari ketika badanku tergoncang karena gosokan yg keras di kepalaqu.

Related image
Benar saja Neng Murti menyingkapkan korden, tetapi aqu pura-pura tak melihatnya, meskipun dari
pori-pori handuk aqu melihat Neng Murti dgn raut wajahnya agak terkejut, tetapi dia diam saja.
Bahkan sepertinya dgn seksama memperhatikan alat vitalku yg makin lama makin besar oleh tatapan
Neng Murti. Aqu pura-pura terkejut ketika kulepas handukku dari kepalaqu.
“wwwOh, Neng Murti, kirain siapa,” Aqu sengaja membiarkan kemaluanku tak kututupi, ada
perasaan bangga mempertontonkan kemaluanku disaat sedang gagah-gagahnya.
“Dik Windu, datang kok nggak bilang-bilang,” bicaranya cukup tenang, seakan-akan tak melihatku
aneh.
“Iya Neng, baru datang terus kehujanan.”
“Aduh, nanti masuk angin, aqu ambilkan minyak angin ya.”
“Nggak usah Neng, taqut panas.”
“Lha iya biar anget gitu lho.”
“Maksud saya, taqu panas kalau kena ini, lho Neng.”
“Ah Dik Windu bisa aja, mikiran apa sih kok ngacung-ngacung kayak gitu,” kali ini Neng Murti mau
melihat terpedoku, aqu bahagia sekali.
“Ih, gede banget sih Dik.”
“Pernah aqu ukur 17 cm kok Neng,” Aqu berjalan mendekatinya.
“Dik Windu bisa aja, pake diukur-ukur segala,” kupegang pundaknya, dan dia diam saja.
“Kok sepi Neng, kemana anak-anak lain.”
“Anu.. khan, lagi bertemu Pak Bupati,” terlihatnya ia agak gugup dan seperti mau melangkah ke
belakang. Tetapi kutahan dia, bahkan ketika kucium pipinya ia diam saja. Kulanjutkan dgn bibirnya, ia
juga diam saja. Bahkan memberikan sambutan yg hangat.
Kini Neng Murti yg aktif menciumi badanku dgn gemasnya, aqu diam saja, dan kulucuti pakaiannya.
Ketika kubuka BH-nya, aqu tertegun, buah dadanya masih kencang dan mulus, ukurannya sedang.
Perutnya ramping, cembung di bawah, sedikit di atas jembutnya. Neng Murti terus menyerangku
dgn kecupan-kecupan yg membuatku kelabakan dan jatuh ke tempat tidur karena terdorong oleh
kuatnya dorongan Neng Murti yg telah telanjang bulat itu. Aqu cuma bisa memegang buah dadanya
sembari memijat, mengelus dan memelintir putingnya.
Neng Murti terus mengecup setiap inci dari badanku, dadaqu, lenganku, perutku dan pahaqu.
Kejantananku yg telah sangat keras dipegangnya terus seakan telah menjadi hak miliknya saja.
Dikecupnya ujung kemaluanku, aqu mengelinjang kegelian. Tetapi Neng Murti tak meneruskan.
Sembari tersenyum manis ia berkata, setengah berbisik, “Nanti saja..” Sembari memeluk dan
menciumku dgn hangat dan membalikkan posisinya sesampai aqu berada di atasnya. Kini posisiku
lebih leluasa, aqu bisa pandangi kemolekan badan Neng Murti, setiap senti dari permukaan badan
itu kuciumi dgn penuh nafsu. Nafas Neng Murti makin memburu, lama kutempelkan pipiku pada
perutnya. Perasaan senang luar biasa menyelimutiku. Sembari tanganku terus meremas-remas buah
dadanya. Kuturunkan kepalaqu ke bawah, kuciumi paha sebelah dalem Neng Murti, sampai
sampailah ke jaringan lunak yg berada di tengah selangkangannya. Kujilati benda itu, sampai Neng
Murti mendusunh kecil sembari mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, seakan-akan menginginkan aqu
menjilatinya. Lobang kewanitaan Neng Murti telah basah, aqu terus menjilati daging kecil yg ada di
bagian atas kemaluannya, yg menurutnya bernama “itil” ya mungkin bahasa kerennya ya “klitoris”
itu.
Setelah bosan aqu menjilati lobang kewanitaannya, aqu bersiap-siap mengarahkan gagang
kejantananku ke lobang senggamanya, Dgn cekatan ia bimbing gagang kejantananku sampai di
depan gerbang kewanitaannya. Dgn sekali sentak masuklah kepala kemaluanku. Terlihat masih
lumayan seret, sesampai tak semuanya langsung bisa menghujam ke dalem lobang kewanitaannya.
Setelah beberapa kali maju mundur barulah semuanya tenggelam sampai kurasakan ujung
kemaluanku menyentuh dinding kewanitaannya yg paling dalem. Neng Murti melenguh, menjerit
dan makin memelukku dgn kuat.
“Terus Dik.. terus Dik.. Tahan Dik, aqu.. mau.. keluar, Ohh..” Dia memelukku dgn kuat sembari
meluruskan kakinya, sampai gagang kejantananku terasa terjepit. Dgn nikmatnya. Sampai aqupun
tak tahan lagi membendung air maniku bertahan. Aqu segera mencabut kejantananku dan kukocok-
kocok sampai muncratlah air maniku di atas perutnya.
Beberapa detik kemudian heninglah suasana di kamar itu. Terlihatnya hari telah mulai malam, hujan
terus turun dgn derasnya. Tetapi nafas Neng Murti yg memburu dan badannya terbaring dgn lunglai.
Aqu terlentang di sampingnya. Dia segera tertidur dgn kepala di atas perutku, menghadap ke
kemaluanku. Aqupun terlihatnya terlena juga. Pada saat Neng Murti membangunkanku, untuk
makan malam. Aqu memakai piyamaqu dan menuju ke ruang makan, Neng Murti mengenakan
terusan yg tipis. Ketika kurogoh dari bawah terusannya, ternyata ia tak memakai celana dalem. Neng
Murti mengelak dgn genit meskipun sempat tersentuh juga.
Dalem percakapan selama makan malam, baru kutahu bahwa dia mempunyai anak wanita yg sedang
sekolah di Sekolah Pekerja Sosial di Semarang. Setiap minggu ia pulang ke rumah. Natasya, anak Neng
Murti, memang manis dan supel. Pada suatu hari minggu ia memang datang dan aqu sempat
ngobrol dgn Natasya. Saat itu ibunya sedang ada tugas mendampingi Pak Kades menerima kunjungan
anggota DPRD. Saking akrabnya aqu ngobrol dgn Natasya, sampai tak canggung-canggung lagi ia masuk
keluar kamarku maupun sebaliknya. Bahkan ketika Natasya memintaqu untuk membuat salah satu
tugas teks pidato, aqu tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamarnya. Secara tak sengaja aqu
menemukan amplop kecil di atas meja belajarnya. Ketika kubuka ternyata gambarnya adalah gambar
dewasa kategori XX. Natasya cuek saja ketika kuamati gambar-gambar tersebut. Tak terasa bagian
bawahku mulai berontak.
Tiba-tiba Natasya membungkukkan badan di depanku, sembari ikut melihat gambar-gambar dewasa
tersebut.
“Natasya, nggak pakai BH lho..” Aqu kaget bukan kepalang, mendengar suara manja itu, dan kulihat
wajahnya telah sangat dekat dgn wajahku. Dan yg lebih dahsyat lagi adalah, dgn posisi menduduk itu
maka buah dadanya yg bebas tak terbungkus BH itu tergantung indah.
Aqu segera meraihnya, sembari kucium bibirnya. Sebagai tindakan naluri dan refleks lelakiqu saja.
Natasya membalasnya dgn tak mau kalah lahapnya. Kubuka T-shirtnya, dan kuciumi putingnya yg kecil
tetapi panjang, seperti puting ibunya. Dan kulepas semua pakaiannya, terakhir adalah celana
dalemnya. Kuraih kemaluannya, jembutnya masih jarang, sesampai belahan lobang kewanitaannya
yg berwarna merah jambu dapat terlihat dgn jelas. Ia susupkan tangannya ke dalem celana
pendekku. Begitu menemukan gagang pkemaluanku yg telah sangat tegang ia lemas dan menarikku ke
tempat tidurnya.
Aqu melepaskan pakaianku, sampai telanjang bulat. Aqu baringkan di tempat tidurku, dgn posisi
telentang, memberikan kesempatan bagi Natasya untuk menikmati bagian badanku yg sangat
kubanggakan itu. Benar saja, ia dgn sigap meraih kemaluanku dan mengulumnya, meskipun masih
sangat tak profesional, tetapi kuhargai juga keberaniannya. Barangkali ia cuma ingin mempraktekkan
apa yg pernah ia lihat pada foto dewasa. “Jangan kena kena gigi,” seruku ketika giginya menggesek
ujung kemaluanku, yg membuatku nyengir. “Eh sorry, Mas..” Lalu ia jilati seluruh permukaan gagang
kejantananku, sampai kedua biji kemaluanku tak luput dari serangan ini. Aqu cuma meringis
menikmatinya.
Setelah tak ada lagi variasi darinya memperlaqukan kemaluanku, kubimbing dia untuk terlentang. Ia
menurut ketika kubuka pelan-pelan pacuma, kini dgn jelas lobang kewanitaan yg manis bentuknya
itu. Ketika kusibakkan, kulihat warna merah menantang, sedangkan lendirnya telah banyak mengalir
ke sprei batiknya. Posisiku telah siap untuk menyebadaninya. Gagang kemaluanku telah tepat di
depan mulut lobang kewanitaannya.
“Nan, masih perawan nggak, aqu masukin ya?” pintaqu.
Natasya tak menjawab tetapi dgn kuat ia menarik bokongku, sampai amblaslah gagang kejantananku
memasuki wilayah terlarangnya. Memang baru separuh, sempit sekali, aqu hampir tak tega ketika
Natasya meringis sembari memejamkan matanya.
“Kenapa Nan, Mas cabut ya..”
“Jangan,” bisik Natasya sembari menjepit punggungku dgn kedua kakinya.
Kugerakkan maju mundur pelan-pelan, karena sempitnya lobang kewanitaannya. Membuat Natasya
mengeleng-gelengkan kepalanya kekiri dan kekanan sampai sebuah jeritan panjang. Tetapi segera
kuciumi mulutnya agar jeritan itu tak terdengar tetangga.
Orgasme Natasya lama sekali, seperti orang kesurupan, kepalanya kupegangi kuat-kuat agar
mulutnya tak lepas dari ciumanku. Sesampai suara jeritan itu tertelan sendiri. Badannya kejang,
pelukannya kencang sekali.
Akhirnya tumpahlah kenikmatan Natasya. Aqu sangat gembira bisa memuaskannya. Biarpun maniku
belom keluar, aqu puas sekali. Natasya tertidur, aqu segera berpakaian, dan dgn berjingkat ke arah
kamarku dekat kamar Neng Murti. Di depan kamar Neng Murti kudengar suara, saat kusingkap dan
aqu terkejut ternyatan ada Neng Murti. Aqu ketaqutan dan hampir tak bisa bicara. Dgn suara
seadanya aqu mendesis,
“Oh, Neng kok telah pulang.” Tak kusangka Neng Murti tersenyum manis, mendekatiku dan
mencium bibirku. “Jangan buat anakku hamil, ya.”
“Jadi, Neng tahu kalau akau habis begituan sama Natasya?”
“He eh, anak sekarang memang lain dgn jaman saya dulu, baru kenal telah tidur bareng.”
Aqu hampir tak percaya ini, kemaluanku masih belom lemas, karena memang belom keluar. Neng
Murti tahu itu. Ia lepaskan celanaqu dan segera dihisap-hisapnya kejantananku dgn lihainya sampai
keluarlah maniku ke dalem mulutnya. Neng Murti tersedak, dan segera menuju dapur meminum air
kendi. Aqu cuma bengong saja. Lama tak bergerak dari tempatku berdiri. Kemaluanku tergantung
dgn santainya.

1 komentar:

  1. Menonton sebuah movie di rumah secara online sendirian rupanya memang tidak buruk tetapi memberikan dampak yang sangat baik untuk mental seseorang. memang agak aneh dan ada yang cukup mengganjal hal ini karena menonton movie lazimnya dijalankan bersama-sama di bioskop.
    ( SUKACROT.SITE ) terbukti terdapat imbas yang baik yang bisa didapatkan seseorang ketika menonton sebuah film sendirian ialah untuk kesehatan mental seseorang Pria Maupun Wanita. Kalian Suka Nonton?? Jangan lupa mampir ya..
    KLIK �� SUKACROT

    BOKEP INDO
    �� BOKEP INDO

    BOKEP BARAT
    �� BOKEP BARAT

    BOKEP KOREA
    �� BOKEP KOREA

    BOKEP JEPANG
    �� BOKEP JEPANG

    BOKEP SEMI
    �� BOKEP SEMI

    ThankYou Yang Udah Mampir.. Buat Yang Belum, Yuk Mampir Guys.. (GRATIS)

    BalasHapus