Cerita Ngentot Terbaru | Cintya berdiri di belakang suaminya yg sedang
bicara dengan seorang petugas di resepsionis, tangan di belakang
menggenggam mesra tangan Cintya. Semua orang tak hentinya mengucapkan
selamat, setiap kali berpapasan dengan pasangan yg baru saja menikah
ini. Keduanya begitu jelas terlihat baru menikah karena Cintya masih
tetap memakai busana pengantinnya. Suaminya melepaskan genggaman tangan
mereka untuk menandatangani pemesanan kamar.
Cerita Dewasa Terbaru | Cintya melangkah mundur dari meja resepsionis
dan menyapukan pandangan ke seputar lobi. Seorang pria negro sedang
memandanginya. Pandangan mata mereka bertemu dan Cintya membalasnya
dengan senyuman, menganggap mungkin sang pria merasakan kebahagiaan yg
terpancar dari pasangan pengantin baru di depannya.
Cerita Sex Terbaru | Tapi tatapan matanya tak juga bergeming. Apa
ini? Sesuatu tentang raut wajahnya memaksa batin Cintya berbisik. Dia
tahu arti dari ekspresinya tersebut, tapi tak mampu untuk
menjelaskannya. Intensitasnya menyebarkan atmosfir. Matanya yg tak
berkedip mengisyaratkan kalau dia tengah memikirkan sesuatu…Cintya
palingkan pandangnya. Sang pria ingin menyetubuhinya! Telah dia lupakan
gairah akan pria lain semenjak berkencan dengan Tom.
Cerita Mesum Terbaru | Dia tahu dengan cepat bahwa Tom adalah pria
spesial untuknya dan segera dia tutup hatinya bagi pria lain. Dia telah
lupa, atau tak menyadari, bahwa semua pria suka memandang kecantikannya.
Pria itu ingin menyetubuhinya. Tapi apa yg Cintya cemaskan? Dia sudah
menikah sekarang! Terlihat jelas telah menikah! Kembali dia menoleh ke
arah sang pria, yg tak pernah henti memandangnya.
Dia amati wajahnya sekarang, memang tdk tampan dan berkulit gelap,
segelap rambut hitamnya dan matanya yg juga senada, tapi seperti ada
daya tarik tersendiri. Kenapa dia cuma terus menatapnya saja? Kenapa dia
tdk tersenyum atau bahkan memberi isyarat yg cabul? Cintya baru sadar
kalau dia telah balas menatap sang pria untuk sekian lama setelah Tom
menyentuh pundaknya.
Dia tersenyum pada suaminya, kemudian ikut melangkah menuju ke kamar
yg mereka pesan. Dia mulai merasa terangsang. Dia menyetubuhi suaminya
dengan segenap hasrat. Pengantin baru ini bercinta dengan penuh gairah,
berisik dan liar. Tom menyutubuhinya di atas ranjang, lalu di lantai dan
terakhir di dalam bathub. Mereka terlelap ke alam mimpi dengan tubuh
telanjang saling dekap.
Cintya merinding setelah air yg membasahi tubuhnya perlahan berubah
jadi dingin. Dia berdiri di dalam bathtub, membiarkan payudaranya yg
basah menggantung bebas dihadapan suaminya. Kemudian dia melangkah
keluar dari dalam bathub dan menuju ke depan cermin. Dia tertawa saat
melihat kulitnya yg mulai berkerut kedinginan di depan cermin. Tawanya
terhenti saat dia mainkan kalung rantai yg telah diberikan Tom sebelum
mereka menikah.
Dia tak tahu asal usulnya, tapi suaminya mengatakan kalau rantai itu
merupakan sebuah simbol ikatan cinta yg kuno. Selama dia memakainya,
mereka berdua tak akan dapat terpisahkan. Dia memegangnya,
memantulkannya di atas kekenyalan payudaranya dan kemudian mencoba
mengepaskan bulat payudaranya dengan lingkaran rantai tersebut.
Entah bagaimana, dia dapat merasakan Tom tengah menyentuhnya setiap
kali rantai tersebut bersentuhan dengan kulitnya. Dia melangkah masuk ke
dalam kamar dan mengeluarkan jubah sutera berwarna emas yg pendek dari
dalam tasnya. Dibungkuskan lembutnya kain tersebut ke tubuh
telanjangnya.
Dia duduk di atas ranjang, membuat ujung jubahnya tersingkap hingga
atas pahanya dan menampakkan sedikit memeknya yg mengintip. Dia
tersenyum ketika menyadari betapa terbukanya jubah pendek tersebut. Tom
akan sangat suka dia memakainya, atau lebih tepatnya lagi,
menyetubuhinya dalam balutan jubah sutera tersebut.
Suara gemericik shower menyadarkan Cintya dari suasana erotisnya. Dia
mempertimbangkan untuk masuk saja ke dalam kamar mandi, menyusul
suaminya dalam guyuran air hangat, tapi dia merasa begitu haus. Dia raih
dompetnya dan mengeluarkan beberapa recehan. Dia putuskan untuk membeli
sebotol teh dingin, lalu melihat apa suaminya butuh bantuannya apa tdk.
Dia keluar dan melangkah menyusuri lorong, lupa akan jubahnya yg
pendek dan tipis. Bergegas dia menuju mesin penjual minum otomatis di
lantai terdekat, memasukkan koin recehannya dan membungkuk untuk
mengambil minumannya. Terdengar suara pintu yg dibuka datang dari lorong
saat dia ambil kaleng minumannya. Dia tolehkan wajahnya ke arah sumber
suara tadi.
Itu sang pria tadi. Dia berjalan mendekatinya, langkahnya menunjukkan
keyakinan diri atau ketdkpedulian, Cintya tak tahu yg mana. Tapi sorot
matanya membimbing Cintya untuk mempercayai bahwa itu adalah sebuah
keyakinan diri yg kuat.
Cintya merasa tak kuat berdiri menahan tubuhnya, dia mulai rubuh.
Sang pria semakin dekat, dia raih tangan Cintya untuk membantunya
berdiri, memegang kepalanya dan mengarahkan agar tatapan mata Cintya
tetap memandangnya.
Ada sesuatu dalam sorot matanya… begitu misterius… begitu memikat…
begitu penuh nafsu… tapi sama sekali tak mengancam. Sang pria tersenyum.
Cintya terlalu mati rasa untuk merespon. Sang pria kembali berjalan
menyusuri lorong meninggalkannya. Sebuah hembusan hawa dingin menyapu
pahanya dan naik menggelitik rambut di selangkangannya.
Sang pria telah melihat pantatnya. Dia sadar kalau jubahnya yg begitu
pendek pasti tersingkap naik saat dia membungkuk untuk mengambil
minumannya tadi. Pantat telanjangnya akan terlihat membulat nikmat dalam
posisi tersebut – dia mengetahuinya dari beberapa pose yg pernah dia
lakukan didepan cermin.
Lalu dia menyadari sesuatu yg jauh lebih penting. Sang pria pasti
juga telah melihat memeknya. Telah dia saksikan sendiri lipatan bibir
memeknya yg mengintip begitu menggoda dari bawah pantatnya. Sang pria
pasti sudah melihatnya.
Cintya bergegas kembali ke kamarnya, kembali pada suaminya. Tom akan
dengan senang hati menyetubuhi isterinya yg berpakaian minim lagi.
Cintya muncul di kamar mandi dan memberi suaminya sebuah pertunjukan
kecil. Dia membungkuk seperti yg dilakukannya di mesin minuman tadi,
bertanya pada suaminya,
“Apa kamu pikir ini terlalu pendek?”
Jelas dia akan berkata
“Tdk.”
Lalu Cintya kembali bertanya, “Bukankah kalung rantai ini pas di
sini?” Dan mulai membuka bagian depan jubahnya, mengekspos kalung rantai
dan payudaranya. Dia biarkan pemberian suaminya tersebut menggantung di
putingnya.
om menelan jawabannya. Cintya menjatuhkan jubahnya ke atas lantai,
lalu melangkah masuk ke dalam siraman air hangat bersama suaminya.
Cintya telah lupa perjumpaan dengan sang pria pada malam sebelumnya. Dia
terbangun dari tidurnya, tubuh telanjangnya menempel rapat ke tubuh
telanjang suaminya dan pikirannya hanya dipenuhi oleh kebahagiaan dan
masa depan yg menanti mereka.
Dia melangkah ke kamar mandi dan melihat jubah berwarna emas yg
tergeletak di atas lantai. Pikiran tentang sang pria asing datang
kembali. Dia pasti sudah memberinya sebuah pertunjukan yg cukup
menggairahkan! Dia pakai jubah tersebut, mengingat bagaimana cara sang
pria memandangnya.
“Apakah…”
Dia membungkuk, posisi yg sama seperti saat dia mengambil minuman
kemarin. Dia menoleh ke cermin di belakangnya. Sudah pastilah sekarang,
bongkahan pantatnya tersingkap dengan cepat. Memeknya menyusul muncul
tepat sesudahnya.
Dia rasakan sebuah hembuasan hawa hangat menyapu tubuhnya karena
pemandangan tersebut. Dia bangkit dan mengamati tubuhnya di dalam
pantulan cermin. Dia amati putingnya mengeras dari balik jubah suteranya
dan dia mulai memainkan jubah tersebut.
Dia singkapkan lebih untuk memperlihatkan daging payudaranya lebih
banyak lagi, lalu menutupnya kembali. Dia uji seberapa longgar dia bisa
mengikat bagian depan tanpa terlalu banyak memperlihatkan tubuhnya. Dia
nikmati belahan dadanya yg terlihat menggiurkan. Tanpa berpikir, tangan
kirinya menyelinap ke balik jubah suteranya dan meremas payudaranya yg
sebelah kiri dengan lembut.
Tak mampu dia cegah untuk memikirkan sang pria asing dan betapa
senangnya dia jika sang pria melihatnya seperti sekarang ini! Kain
sutera tersebut menggantung dengan lembut di pinggir payudara
telanjangnya, terlipat seiring gerakan naik turunnya. Dia baygkan mata
sang pria menatap tak berkedip padanya… pada dadanya.
“Dia mungkin sudah melihat memekku, tapi dia belum lihat yg ini!”
Tangan kananya merayap menaiki pahanya, menyusup ke dalam jubah. Dia
usap memeknya dan memandangi tubuh indahnya yg menggelinjang. Jubah
tersebut tetap dalam keadaan terikat longgar pada bagian depan. Dapat
dia lihat pandangan penuh gelora birahi dalam tatapan matanya. Seperti
itukah dia membalas tatapan mata penuh nafsu dari sang pria? Dia
pejamkan matanya setelah pikiran itu terlintas.
Cintya merasa mata sang pria tengah mengawasinya sekarang.
Keberadaannya di dalam benaknya. Dia hayalkan sang pria asing berada di
seberang cermin, memandang payudaranya yg terguncang… melihat dia tengah
memuaskan dirinya sendiri. Dia selipkan satu jarinya masuk ke dalam
celah memeknya. Apakah ini jari sang pria?
“Oooh…” Cintya mendorong jarinya masuk ke dalam lubang memeknya
sendiri dengan keras, mengangkat pinggulnya berlawanan arah dengan
sodokan jarinya.
Bagaimana jika ini adalah batang penisnya? Cintya berhenti. Dengan
cepat dia tutup jubahnya dan melangkah menuju ke dalam kamar. Tanpa
melihat ke arah suaminya, dia kenakan sepotong celana pendek dan
menutupi payudara telanjangnya dengan sweater yg ringan.
Dia akan turun untuk mendapatkan secangkir kopi… dia akan turun dan
melupakan baygan yg baru saja dia hayalkan. Cintya menerima secangkir
kopi dari si gadis di belakang meja konter. Dia teguk cairan panas itu,
berharap dapat meredakan gemetar tubuhnya. Tapi malah semakin menambah
merah kulitnya yg telah merona. Dia berbalik dan melangkah menuju ke
lift.
“Ya ampun…”
Sang pria asing berdiri di pintu. Lift itu mengarah turun, tapi dia
tdk keluar. Cintya melangkah masuk, merasa aman karena ada sepasang
orang berumur lebih tua masuk bersamanya. Dia menolak memandang ke arah
sang pria, tapi dia tahu kalau mata sang pria memandanginya. Dia
MERASAKAN mata sang pria di tubuhnya.
Jantungnya berdegup kencang dibalik sweaternya. Dia teguk kopinya
dengan tangan yg gemetar. Dia gigit bibir bawahnya saat merasakan
denyutan diantara pahanya. Perasaan itu tumbuh makin besar, seakan ada
jari yg menggosok bibir memeknya, mengirimkan getaran menggelora ke
sekujur tubuhnya.
Memeknya bereaksi sendiri, seakan tahu kalau pernah dilihat dan ingin
untuk kembali dipandang. Kembali dia teguk kopinya, tak menyadari kalau
lift telah berhenti. Pasangan tua tersebut melangkah keluar. Tak ada
seorangpun yg masuk lagi.
Lift kembali naik. Cintya sadar kalau setdknya dia melirik ke arah
sang pria. Jika tdk, sang pria akan mendekatinya. Dia bersiap untuk
memberikan sedikit senyuman. Dia paksakan kepalanya bergerak sedikit ke
arah sang pria, menunggu sang pria menatapnya dengan seringai serta
mengucapkan sesuatu yg kasar.
Sang pria menatapnya. Seakan matanya tak pernah berpaling, terus
menatap Cintya. Seakan mata itu tak memiliki arah tujuan lainnya, mereka
terus menatapnya. Cintya merasakan hantaman sensasi dari kepala hingga
ujung kakinya. Dia akan tersenyum lalu segera berpaling.
Tapi dia tdk tersenyum. Dia sama sekali tak berpaling. Cintya
memandang tepat di matanya dan dia sadar dirinya telanjang baginya.
Tanpa memakai pakaian dan sang pria telah melihat ketelanjangannya untuk
memperkuat imajinasi terlemahnya. Belum pernah Cintya menyaksikan
pernyataan nafsu yg begitu berani dari seorang pria kepadanya, bahkan
sang pria belum mengucapkan sepatah katapun. Dan Cintya belum juga
memalingkan muka. Lift berhenti di lantainya Cintya.
Pintunya terbuka. Seharusnya dia bergerak. Sang pria yg bergerak. Dia
mendekati Cintya hingga hanya berjarak 1 inchi darinya. Pintu lift
menutup kembali. Cintya merasakan memeknya berdenyut. Dia rasakan
putingnya terbakar. Sang pria menciumnya. Sang pria tdk beraksi dengan
serangan nafsu buta. Dia hanya menekankan lidahnya ke bibir Cintya dan
menciumnya.
Cintya balas mencium. Dia rasakan bibir basahnya bertemu dengan bibir
basah sang pria dan meluncur lembut di atasnya. Pintu lift terbuka.
Lantai berikutnya. Seorang pria dengan anaknya masuk. Sang pria asing
hentikan ciumannya seiring terbukanya pintu lift dan bersama Cintya
menoleh ke arah para pengganggu. Keabadian seakan berjalan lambat.
Cintya menatap pintu lift yg terbuka. Setiap denyut kesadarannya
mengatakan agar melangkah keluar melewati pintu tersebut. Dia melangkah
ke depan, tapi terhalangi oleh tubuh sang pria. Tangan sang pria berada
di dada Cintya. Cintya melihat penguasaannya pada tekanannya yg lembut.
Dia mulai menyadari kalau tangan tersebut telah berada di dadanya
selama ini. Dia memaksa melewati sang pria asing, keluar menuju ke
lorong. Dia begegas ke arah tangga, berharap sang pria tdk mengikutinya.
Dia sampai ke ujung lorong, nafasnya memburu cepat.
“Dasar wanita bodoh, kamu wanita – yg bodoh!”
Dia terus merutuk dirinya sendiri saat menuruni tangga. Begitu
menyesal karena tak membiarkan sang pria menganggap bahwa dia telah
berhasil menaklukannya. Begitu menyesal karena bersikap tenang dan
seakan isteri yg penurut dan setia.
Tom terbangunkan oleh isterinya, yg sedang menggesekkan memeknya ke
batang penisnya agar ereksi. Dia lepaskan sweater dari tubuh isterinya
dan kalung rantai yg menggantung dipayudara Cintya menghantam wajahnya.
Cintya luncurkan memeknya pada batang penis Tom yg sudah keras sekarang
dan dan dia tarik kalung rantainya terlepas dari leher saat dia mulai
bergerak menyetubuhi suaminya.
Sekali lagi dia berusaha keluarkan pertemuan dengan sang pria asing
dari dalam benaknya saat dia dan suaminya tengah bersiap untuk
perjalanan bulan madu. Mereka sedikit terlambat untuk berkemas, terima
kasih pada gelora birahi Cintya. Dia butuh Penis suaminya dalam
tubuhnya, itu akan mengingatkan dia akan cinta yg dia rasa pada suaminya
dan komitmennya pada pernikahan mereka yg suci. Selama Tom bercinta
dengannya, dunia akan jadi sempurna.
Namun hasrat Cintya yg terus berkobar sepanjang hari sungguh membuat
Tom kelelahan dan akhirnya Cintya menyerah untuk membiarkan suaminya
rehat. Mereka nikmati keindahan panorama, pergi makan malam yg romantis
dan kembali ke kamar pengantin mereka setelah merasa segar dan siap
untuk malam panjang penuh gairah.
Mereka berdiri di depan pintu utama, menunggu kendaraan datang. Mata
terus fokus mengamati jalanan dari bukit yg berliku panjang. Berharap
taksi yg mereka pesan segera datang dan Cintya tak perlu lagi merasa
cemas melihat sang pria asing di sekitarnya. Tapi memfokuskan diri pada
taksi ternyata tak banyak membantu.
Seakan sang pria muncul ke manapun mereka pergi, selalu muncul dalam
penglihatan Cintya saat mata Tom tak melihatnya. Sang pria terus
memandangnya saat di restoran, saat di pantai, saat di musium. Dalam
setiap tatapan, gairahnya berkobar semakin besar terhadap Cintya.
Intensitasnya seakan sebuah kontak fisik bagi Cintya, merangsang
payudaranya, membuat memeknya basah dan membara oleh tangan-tangan yg
kasat mata. Cintya tak pernah beranjak dari sisi suaminya. Tak akan dia
biarkan sang pria menyentuhnya kembali. Tak akan dia ijinkan sang pria
membangkitan sesuatu yg terlarang dari dalam dirinya. Dia sekarang
seorang isteri, yg baru…
Dinner datang setelah matahari terbenam. Akhirnya mereka dapat duduk
di sebuah private restoran. Sebuah bilik terpencil sangat tersembunyi
dari mata yg mengawasi. Hanya mata suaminya serta mata pelayan remaja yg
bisa memandangi kecantikan Cintya. Cintya menarik nafas dan menekankan
kalung rantainya ke belahan dadanya.
Dia memakai gaun yg bisa membuat mata setiap pria terloncat keluar
dan dia menerka seberapa lama suaminya mampu menahan diri saat
memandangnya memakai pakaian seperti ini. Tap tak lama berselang, kaki
Tom telah menemukan jalannya kebalik rok dan menuju ke celana dalam
Cintya. Ujung jempolnya menggesek selangkangannya, dia menggeser posisi
tubuhnya sedikit membungkuk ke depan untuk menyambut sang penyusup.
Tom menjatuhkan buah zaitun ke belahan dada Cintya, lalu pura-pura
kesulitan saat mencoba mengambilnya dara dalamnya. Tangannya merayap
pelan membelai payudara Cintya. Dia membuat permainan kecil dengannya,
kadang mengambil sesuatu barang lainnya untuk dijatuhkan ke dalam
belahan dada isterinya.
Cintya merasa bersyukur akan bilik terpencil yg mereka tempati ini
karena beberapa kali tangan nakal suaminya menyebabkan payudaranya
menyembul keluar dari balik gaun. Setiap kali Tom dengan cepat memandang
sekelililingnya, lalu mencelupkan puting Cintya ke dalam wine atau
kecap, hanya untuk kemudian dia hapus dengan sebuah hisapan serta
kecupan bibirnya sendiri. Celana dalam Cintya kuyup sudah dan dia sudah
tak sabar untuk kembali ke dalam kamar pengantin mereka.
Tom menarik tangan Cintya ke arah selangkangannya dan menyusup ke
dalam. Dia meremas penis suaminya dari bawah meja. Tom menggigit tulang
steak dengan keras, mencoba untuk tdk mengerang keras saat isterinya
memijit dan mengocok penisnya. Cintya merasakan sebuah cairan hangat
menyembur pada tangannya.
Sial! Dia ingin memuaskan suaminya, tapi tdk ingin menyudahinya
secepat ini! Dia lap sperma Tom di tangannya dengan serbet, tapi dia
sadar kalau dia butuh lebih dari sekedar kain serbet untuk
membersihkannya. Dia tutupi tangannya dengan serbet dan bergegas menuju
ke toilet wanita. Keluar dari area restoran dan menuju ke lobi. Dia
temukan tanda toilet wanita dan melangkah menuju lorongnya. Ada
seseorang sedang duduk di kursi, di samping jalan masuk toilet wanita
tersebut.
Itu sang pria. Dia merasakan campuran rasa takut dan marah. Bajingan
ini masih membuntuti mereka dan menunggu dia keluar dari dalam restoran.
Cintya harap bisa melewati pria ini sebelum dia melihatnya. Tapi dia
gagal. Sang pria berdiri, menghalangi jalannya. Hampir saja Cintya
berlari menubruknya. Dia baru saja akan berkata“Permisi,” atau “Kamu
*******.”
Tapi sang pria akan sangat menikmati pilihan yg kedua. Namun sebelum
Cintya mengucapkan sepatah kata, sang pria mulai bergerak mundur,
memberikan jalan bagi Cintya untuk menuju ke pintu masuk, meskipun
Cintya masih tetap berdiri di tempatnya berada.
Cintya tak menatap matanya hingga sang pria berhenti lagi. Mereka
berada di ujung lorong. Toilet wanita terletak di tempat paling ujung
hingga keberadaan keduanya sama sekali tak terlihat dari restoran.
Cintya ingin teriak, tapi kembali dia mendapati mata sang pria.
Masih tersisa gelenyar sensasi dalam tubuhnya dari permainan kecil
dengan suaminya tadi. Dan gelenyar tersebut terus bergolak saat mata
sang pria memandanginya dalam balutan gaun ketat. Dia merasakan matanya
berhenti di payudaranya – terasa seakan sebuah cairan hangat tertuang
dari kedua matanya. Bergerak turun ke pinggangnya dan dia merasakan
tatapannya seakan sepasang tangan memegangi pinggangnya.
Bergerak turun lagi ke pahanya dan dia merasa tatapanannya bagaikan
angin lembut yg berhembus pelan naik turun menyusuri kedua pahanya.
Ternyata itu memang tangannya. Ujung jari tengah sang pria bergerak
menyusuri naik turun daging paha Cintya yg terbuka. Tangan yg satunya
memegang tangan Cintya yg memegangi kain serbet.
Cintya merasakan sperma suaminya teremas diantara tangan mereka saat
sang pria mengarahkannya menuju ke pinggang Cintya. Cintya merasakan
tangannya sendiri menekan gaunnya naik, dibimbing oleh tekanan tangan
sang pria. Cintya rasakan tangannya sendiri kini menekan celana
dalamnya, menekankan serbet yg berlumuran sperma Tom ke tubuhnya.
Kain celana dalamnya terasa begitu tipis. Tangan Cintya terkulai
lepas kala sang pria menekankan serbet tersebut ke dalam memeknya.
Cintya merasa serbet basah tersebut membasahinya, mengalir menyentuh
tubuhnya. Sang pria menekannya masuk, celana dalamnya tertekan ke dalam
celah memeknya dan dia rasakan jari sang pria mendorong serbet beserta
spermanya menyentuh klitoris Cintya.
Cintya mematung, terdiam beku. Tubuhnya membeku seutuhnya kala serbet
tersebut perlahan menerobos masuk ke dalam memeknya. Itu adalah sperma
suaminya. Tapi dengan tangan sang pria. Cintya merasa dirinya berteriak,
jauh di dalam hatinya. Sebuah suara dari hati yg waras, meneriakkan
akan kesalahan dari seluruh peristiwa ini.
Tapi ini adalah sperma suaminya sendiri!!! Namun kemudian ada sesuatu
yg terjadi, seseorang muncul dari ujung lorong. Seorang pria, berjalan
mendekati mereka dan Cintya dapat merasakan kalau mata pria yg muncul
tersebut seakan terkunci pada obyek yg tengah digosokkan pada
selangkangannya. Cintya dapat memastikan hal itu karena tak juga dia
dengarkan suara derit pintu dibuka dari toilet pria.
Pria itu menyaksikan seseorang sedang menggosokkan sperma suaminya ke
dalam memek Cintya. Cintya seakan tersadar dari alam bawah sadarnya dan
dia bergegas lari keluar dari lorong tersebut. Sang pria hanya
memandangnya dalam diam kala Cintya berlari melewatinya.
Tom sedang terlelap. Mereka usai berhubungan seks. Satu kali. Cintya
membiarkan suaminya menelanjanginya, mencium payudaranya dan
menyetubuhinya dengan segenap hasrat. Cintya mendapatkan orgasme, namun
gairah yg mereka bagi saat di meja restoran tadi tak pernah kembali. Dia
tarik wajah suaminya mendekat, membenamkannya diantara payudara,
mencoba untuk menarik kembali gairah dan birahinya.
Cintya ingin terbang tinggi dan menghilang bersama Tom. Ingin
merasakan Tom di dalam tubuhnya. Ingin menggoyg liar batang penis Tom yg
menyodoknya dan meyakini bahwa suaminyalah pecinta terbaik di dunia ini
untuknya. Namun kini Tom tidur. Cintya tak bisa menyalahkannya. Mereka
hanya tidur sebentar-sebentar saja semenjak sampai di sini dan gelora
seks Cintya telah membuat suaminya kewalahan.
Dia biarkan kepala suaminya terkulai di samping tubuhnya. Dengan
hati-hati dia pindahkan tubuh Tom yg menindihnya, lalu berdiri. Dia
mainkan kalung rantainya sembari berjalan mondar-madir dalam kamar
dengan telanjang. Kembali dia rasakan tenggorokannya teramat kering,
lalu mengambil recehan untuk mesin penjual minuman otomatis.
Dapat dia rasakan sperma Tom masih di dalam tubuhnya lalu dia kenakan
celana dalam warna emasnya. Dia tak mau madu cinta suaminya sampai
menetes saat dia berjalan di lorong nantinya. Jubah sutera warna emas
kembali dia bungkuskan pada tubuhnya dan dia kemudian keluar dari
kamarnya. Dia tahu betul betapa jubahnya tersebut begitu minim. Tentu
saja, meskipun kini dia memakai celana dalam, itu tak banyak membantu
juga.
Masih tak mampu dia tepis perasaan ketelanjangannya. Jubah tersebut
terlihat menggantung pada payudaranya, memberikan pemandangan yg begitu
jelas akan ukuran serta kekencangan buah dada tersebut. Belahan samping
dari tangan hingga pinggang juga patut dipertanyakan, karena selalu
memperlihatkan celana dalamnya setiap kali kakinya melangkah dengan
tergesa menyusuri lorong, meskipun hanya sekilas lalu. Dia tak
memikirkan tentang apapun lainnya. Matanya terfokus pada mesin minuman
serta rasa haus yg menyerang tenggorokannya dengan hebat.
Udara terasa sedikit lebih dingin di lorong dan dapat dia rasakan
gelenyar rasa yg dia kenali merayap naik di paha dan di balik jubahnya.
Dia berpapasan dengan beberapa pria di lorong, dapat dia lihat mereka
melirik ke arahnya saat bersimpangan. Akhirnya dia sampai ke mesin
minuman dan segera dia masukkan recehannya. Kaleng teh dinginnya jatuh
keluar dan dengan berhati-hati dia mengambilnya. Sesuatu menekan
pantatnya.
Dengan sigap Cintya berdiri, siap untuk teriak pada seseorang yg
telah menyentuhnya. Ternyata sang pria. Cintya melihat baygan sang pria
dari pantulan pada mesin di depannya. Cintya membeku, begitu terkejut
dan tetap terdiam saja seperti perjumpaan-perjumpaan mereka yg
sebelumnya. Dapat Cintya lihat sang pria hanya memakai celana pendek
saja dan dia sadar kalau yg tengah menekannya sekarang tak lain dan tak
bukan adalah penis ereksi sang pria.
Sang pria menyingkapkan jubah Cintya. Cintya masih tetap membeku saat
sang pria mengekspos pantat indahnya. Masih tetap dia membeku saat
tangan sang pria menekan celana dalamnya. Sebuah jari menyelip ke dalam
karet celana dalamnya dan meluncur melintasi pinggangnya. Cintya harus
menghentikan sang pria… dia harus menghentikannya… pikiran itu terus
berulang dalam benaknya.
Sang pria mendorongkan pinggangnya pada Cintya, menekan penis
kerasnya tepat di celah bongkahan pantatnya. Cintya masih terus
menghadap ke arah mesin. Tangan sang pria bergerak naik meninggalkan
pinggang Cintya dan menekan payudara terlarangnya dari luar jubah
sutera. Jemari sang pria mulai bermain dengan tali jubah tersebut.
Tiba-tiba saja Cintya ingat suatu hal; dia tak pakai bra. Jika sang
pria membuka jubahnya, payudaranya akan tersuguh bebas di hadapannya.
Itu tak boleh terjadi, meskipun dapat dia nikmati sentuhannya itu.
Meskipun sejujurnya dia menyukai ide gila itu. Cintya tangkap tangan
sang pria dan menyingkirkannya dari payudaranya. Sang pria membiarkan
Cintya menepiskan tangannya menjauh.
Cintya merasakan tangan itu jatuh di samping tubuhnya. Cintya
tercekat oleh rasa dingin dari kaleng minuman. Ternyata tadi sang pria
asing menaruh kaleng itu di belahan payudaranya. Dapat Cintya rasakan
berat kaleng minuman itu menekan kalung rantainya menekan tajam pada
dagingnya.
“Uhh…” rasa dingin itu membuatnya melenguh.
Dia rasakan kedua putingnya segera mengeras oleh sensasi rasa
dinginnya. Sang pria memindahkan kaleng itu melewati payudara kirinya,
melembabkan jubah suteranya dengan dingin
Setetes air jatuh mengaliri belahan payudaranya, membuat dadanya
merinding kedinginan lagi dan menyebabkan dia tersengal. Tubuhnya masih
tetap membeku, tapi hanya separuhnya disebabkan oleh dinginnya kaleng.
Sang pria menaik turunkan kaleng itu menggesek puting sebelah kanannya.
Cintya merasakan ketaksadaran sama seperti sebelumnya.
Kenapa dia biarkan sang pria menyentuhnya seperti ini? Kenapa dia
jadi begitu terangsang? Dia putuskan untuk menghentikannya, namun
tubuhnya menolak untuk mematuhinya… tak ada yg salah dengan
sentuhannya…Sang pria berusaha menyelipkan kaleng minuman itu diantara
lipatan jubah, dan mulai meluncurkannya turun.
Perbuatannya itu menyebabkan jubahnya terbuka, membuat area dada
Cintya terekspos semakin luas. Cintya mengamati rantai kalungnya yg
mulai terlihat, lalu baygan lingkar payudaranya yg kenyal. Tubuh sang
pria kini sepenuhnya menekan Cintya, menghangatkan bagian belakangnya,
sedangkan bagian depan tubuh Cintya terbuka kedinginan.
Dapat dia rasakan nafas hangat sang pria menerpa lehernya kala
jubahnya mulai terbuka. Cintya memandang turun pada belahan dadanya,
mencemaskan keterbukaan payudaranya yg sangat bisa dinikmati mata sang
pria jika dia mengintip dari balik pundaknya. Sang pria mencium leher
Cintya. Dan Cintyapun tetap terdiam membeku. Jika sang pria mencoba
untuk membuka jubah Cintya sepenuhnya, Cintya akan membiarkan saja… TDK!
Dia tangkap tangan sang pria.
Tangan itu terasa dingin karena kaleng minumannya dan daging tubuh
Cintya serasa terbakar kala tangan sang pria menekan tubuhnya. Tak akan
dia perlihatkan payudaranya. Tak akan dia biarkan sang pria membuka
jubahnya dan melihat bagian tubuh terlarangnya yg hanya boleh untuk mata
suaminya saja! Tangan sang pria kembali ke pinggang Cintya.
Cintya perhatikan kalau jubahnya telah terbuka hingga perutnya. Dia
perhatikan kalung rantainya tetap berada diantara payudaranya – terjepit
diantara kehangatan belahan dadanya. Putingnya masih tertutupi. Cintya
merasa menang dengan kenyataan tersebut. Sang pria telah melihat banyak,
namun belum ada bagian yg terlarang.
Sang pria mulai menggoyg. Dia gerakkan penisnya ke tubuh Cintya,
menggodanya dengan panjang batang penis serta gairahnya. Ya ampun…
Cintya merasakan sebuah gelombang hangat mulai menyebar di pahanya. Dia
ingin menjauh. Dia ingin lari. Tapi dia tdklah sedang bersetubuh, dia
tdk sedang bersetubuh… Dia masih terlindungi oleh celana pendek sang
pria dan juga celana dalamnya.
Dia tdk sedang bersetubuh…Namun siraman erotis masih cukup bagi
tubuhnya untuk mendorong ke belakang secara insting ke batang penis sang
pria.
“Ohh!” Cintya tersentak kala sang pria menekannya ke arah mesin, membuat kaleng teh dingin terjatuh.
Tangan sang pria mulai mengelus pinggulnya, menyingkap jubahnya hingga sebatas pinggang seiring tekanannya yg semakin keras.
“Wow!” Cintya mendengar dua orang pria melewati mereka. Mereka melihatnya tengah dihentak oleh sang pria.
“Ya ampun!” seorang wanita lewat. Dia melihatnya tengah digoyg oleh sang pria.
“Ya ampun!” seorang wanita lewat. Dia melihatnya tengah digoyg oleh sang pria.
Orang ketiga bersiul. Dia melihatnya tengah disodok oleh sang pria.
Tangan sang pria bergerak naik di dalam jubah Cintya. Kulit telanjang
pinggangnya telah disentuh. Tak apa-apa… tak masalah… pikir Cintya.
Masih tdk terlarang… Kenapa? Mengapa? Kenapa aku membiarkan pria ini
melakukannya? Cintya mencoba berasio akan sikap membiarkannya saat
tubuhnya tergesek pada mesin minuman dengan pelan.
“Mami, mereka sedang apa?”
Cintya perhatikan seorang pria kecil dari sudut matanya.
“Ayo pergi, Donnie! Pergi dari sana!” Sang mami mencoba menarik
anaknya menjauh dari pemandangan seorang pria asing dengan metodis
menggesekkan penisnya ke celana dalam Cintya.
Menjauh dari gambaran akan tangan sang pria membelai tubuh wanita yg
hampir telanjang dengan pinggang terekspos dan tubuhnya terhentak ke
mesin minuman. Tapi si pria kecil menepiskan tangan maminya saat dia
menyaksikan tangan sang pria meraih payudara telanjang Cintya dari dalam
jubahnya…Cintya terhenyak oleh karenanya.
Sentuhan tangan sang pria pada keindahan bulatan kenyal dadanya
adalah titik batasnya. Itu sudah terlarang. Ataukah itu disebabkan oleh
keberadaan si pria kecil dan maminya? Cintya bergegas pergi melewati
mereka semua, tanpa melihat lagi pada sang pria atau si pria kecil yg
melongo. Di sepanjang jalannya berharap bahwa sentuhan terlarang sang
prialah yg membuatnya menghentikan semua. Bukannya kenyataan kalau
mereka telah terganggu…
“Hey, ada apa denganmu?” Cintya menatap pantulan dirinya di cermin saat dia bicara dibawah nafasnya.
Dia baru saja bangun tidur dan sekarang harus menghadapi kenyataan
dari kejadian malam sebelumnya. Dia menolak untuk memikirkan tentang
kelengahannya saat sang pria beraksi terhadapnya.
Tom tengah mandi dan kini dia sendirian di kamar mereka,
memikirkan…Dia duduk di ranjang, merasa bersalah dengan apa yg sudah
terjadi kala dia kembali ke kamarnya. Dia bangunkan Tom. Sekali lagi dia
berusaha untuk membangunkan penis suaminya yg lelah. Dia begitu
menghendaki untuk segera disetubuhi oleh suaminya. Jika perlu Cintya
akan menyetubuh tangan suaminya saja andaikan suaminya tdk juga bangun.
Tapi Cintya tahu kalau dia tak melepasnya begitu saja. Awalnya, dia
palsukan orgasme bersama Tom. Dia palsukan kenikmatannya, dia palsukan
erangannya, dia palsukan kepuasannya. Tubuhnya bergetar oleh gairah
seksual, tapi seolah-olah tangan Tom sudah tak berperasaan. Tak lagi
bisa menstimulasi kulit lembutnya. Bibir Tom tak mampu memadamkan
dahaganya yg membara.
Penis kerasnya tak bisa mengisi kekosongan birahinya. Dia meminta
suaminya untuk mengambilkan sekaleng teh dingin untuknya. Tak mungkin
dia kembali ke lorong itu lagi. Tom telah kembali, ekspresi kelelahan
mendominasi wajahnya. Bahkan dia tak menutup pintu dengan benar
dibelakangnya. Dia rebah ke atas ranjang di samping isterinya dan dengan
segera jatuh terlelap kala isterinya meneguk redakan dahagan
Cintya bangkit, bersiap untuk mengenakan pakaiannya. Dia ambil celana
dalam berwarna emasnya dan secara rutin memakainya. Dia amati tasnya
dan keinginan untuk mencari di dalamnya sirna dengan cepat. Yg dia tahu
hanyalah dia merasakan ketakpastian. Dia pungut jubah dengan warna
senada dari lantai dan memakainya lalu mengikatnya kencang. Dia
bertanya-tanya apakah setelah Tom keluar dari kamar mandi nanti, gairah
seksnya juga akan segar kembali.
Kelihatannya itu sudah tak masalah lagi. Dia dudukkan tubuhnya di
depan cermin dan mulai menyisir rambutnya. Segera saja kilau indahnya
kembali lagi. Cintya merasa matanya mencari sesuatu yg lebih lagi
dibalik jubahnya… pada kalung rantai yg tergantung nyaman diantara
payudaranya. Pintu kamarnya dibuka…Cintya memandang dalam cermin dan
melihat sang pria. Dia tak merasa terkejut, sama sekali tak merasakan
takut.
Sang pria terlihat bimbang, seakan kemarahan Cintya terhadapnya
kemarin malam adalah akhir dari affair kecil mereka. Cintya balas
menatap sang pria dari dalam cermin. Dia masih tetap memakai celana
pendek yg sama dengan kemarin malam. Cintya berdiri, mengenakan jubah
dan celana dalam yg sama seperti yg dia pakai dalam pertemuan terakhir
mereka. Jubah sama yg dia basahi dengan kaleng minuman. Jubah sutera
lembut sama yg hampir dia lucuti dari tubuh indah Cintya.
Cintya sadar sang pria telah menyentuhnya dimana seharusnya tak dia
biarkan disentuh seorang pria. Tapi dia telah membuat batas. Dia berlalu
kala sentuhan sang pria berkembang ke arah yg tak sepantasnya. Dia
berlalu sebelum sentuhan sang pria menjadi benar-benar terlarang. Sekali
di dalam lift. Satu kali di restoran. Sekali di lorong. Cintya membuka
jubahnya. Kain sutera yg lembut perlahan meluncur menuruni kulit
putihnya. Kalung rantainya jadi terlihat.
Bulatan payudaranya terbuka di depan mata, bersama dengan puting
merah mudanya yg lembut. Dia tawarkan payudaranya pada sang pria. Dia
tawarkan padanya sentuhan terlarang. Sang pria menciumnya, penuh hasrat
dan basah. Dia raba dan remas payudaranya.
Cintya menangkap tangannya, tapi kali ini bukan untuk menepiskannya.
Dia bawa telapak tangan sang pria pada putingnya, menyusupkannya dalam
belahan dadanya dan memijat dirinya sendiri dengan sentuhan terlarang
sang pria.
Payudara Cintya bergerak mengikuti cengkeramannya yg sepenuh gairah.
Putingnya melentur dibawah jari sang pria. Lalu Cintya bawa tangan sang
pria ke mulutnya dan menghisap rasanya. Dia hempaskan tubuh Cintya ke
ranjang, Tubuh Cintya terpantul di atasnya, payudaranya bergoyg seirama
pantulannya. Cintya juga lepaskan celana dalamnya kala sang pria melepas
celana pendeknya.
Ingin Cintya teriak saat sang pria melakukan penetrasi terhadapnya.
Ingin dia suarakan kenikmatan seutuhnya yg dia rasa saat batang penis
sang pria meluncur ke dalam tubuhnya. Sang pria menyutubuhinya dengan
kasar, liar, sodokannya menghujam dalam, membawa penisnya menembus ke
bagian tubuh Cintya terdalam. Kedua tubuh mereka terlontar liar naik
turun di atas ranjang. Cintya tautkan pahanya yg terentang lebar
melingkari sang pecintanya.
Payudaranya terayun liar, seliar persetubuhan yg mereka lakukan.
Segenap nalar sehat Cintya menguap. Birahinya memegang kendali. Sekujur
tubuhnya tergetar dan terhempaskan oleh persetubuhan paling murni yg
pernah dia tahu. Cintya menginginkan penis sang pria, Cintya membutuhkan
ejakulasi sperma sang pria. Dia ingin menyetubuhi sang pria lagi dan
lagi kala penis menawan milik sang pria meluncur keluar masuk di dalam
lorong memeknya.
Sepasang mata itu… tatapannya… Cintya merasakan birahi sang pria
meraih pemenuhannya dalam tiap gerak persetubuhan yg dia lakukan.
Ranjang itu berderit seirama ayunan birahi keduanya, terasa begitu
nyaring, senyaring yg memungkinkan. Penis sang pria mengirimkan rasa
sakit padanya, namun Cintya malah semakin keras menghentakkannya.
“Setubuhi aku… setubuhilah…” Cintya menjerit pada dirinya sendiri berulang kali. Jadilah pejantanku, jadilah pecintaku…
Gerakan sang pria semakin intens dan liar. Dia sadar keberadaan suami
Cintya di dalam kamar mandi, dan teramat sadar jika dia harus
menyetubuhinya dengan cepat dan tepat. Dia fokuskan perhatiannya pada
payudara Cintya yg terguncang dan kalung rantainya yg terlempar di
sekitar daging kenyal tersebut.
“Oh… oh… oh…” Cintya menngerang tertahan dalam setiap sodokan sang pria.
Jubahnya terjuntai membuka penuh di samping tubuhnya.
Sang pria melihat kecantikan Cintya seutuhnya. Cintya tersenyum oleh
karenanya. Sang pria telah melihat wajahnya, payudaranya, memeknya… dia
telanjang bersama sang pria, pria yg bukanlah suaminya.. Sang pria
menggeram. Spermanya menyembur dalam tubuh Cintya, menjilati dinding
lorong memek Cintya yg basah.
Cintya merasakannya mengalir keluar dari dalam tubuhnya, menggelitik
kelentit serta pahanya. Oohh, spermanya… memeknya terasa begitu hidup
oleh rasa basah dan lengketnya. Mengalir keluar dari dalam memeknya,
menuruni pahanya dan jatuh di atas seprei.
“Usaplah! Oh kumohon, gosoklah!” dia hanya memikirkan kata tersebut, tapi itu terjawabkan.
Sang pria mengambil selimut dan menyelipkannya diantara paha Cintya.
“Ohh… oohhh…”
Kaki Cintya menendang tak terkontrol saat jari sang pria mendorongkan
spermanya masuk ke dalam memeknya. Tak ada celana dalam di hadapannya.
Tak ada yg mencegah spermanya. Sang pria menggesek Cintya dengan cepat
dan keras. Kalung rantai terlontar di payudara Cintya, pengaitnya sudah
beralih ke depan. Cintya menangkap rantainya dan menyingkirkan dari
payudaranya. Sang pria bergerak naik ke atas Cintya, batang penisnya
sudah mengeras lagi.
Kalung rantai itu sudah hilang… sekarang tergantikan oleh batang
penis mengkilat milik sang pria. Batan penis basah tersebut meluncur di
belahan payudaranya. Cintya menekan payudaranya merapat, menjepitkannya
pada batang sang pria yg licin. Tangan sang pria bergabung dengan tangan
Cintya dan memijat payudara Cintya saat batang penisnya bergerak
menyetubuhinya.Suara shower berhenti. Sang pria tetap mengayun.
Cintya terus menyetubuhinya. Dia dengar suara suaminya menyingkapkan
tirai. Dia dengar suara suaminya menggosok gigi. Tapi dia fokus pada
suara basah dari penis sang pria yg tengah menyetubuhi payudaranya.
“Keluarkanlah… Oh, keluarkanlah untukku.. keluarkanlah di atas tubuhku…”
Sperma sang pria menyembur ke lehernya, meninggalkan jejak berkilau
putih di sepanjang dada Cintya. Cintya angkat kepalanya dan mengecap
rasa sperma sang pria yg beberapa menyembur ke mulutnya. Sang pria
bangkit dan memindahkan penisnya ke bibir Cintya. Cintya menyambutnya,
menghisap lahap campuran sperma sang pria dengan madu birahi memeknya
sendiri dari ujung hingga di sepanjang batang penis sang pria.
Suara pisau cukur listrik suaminya berhenti. Cintya melompat dari
ranjang. Sang pria yg sudah memakai celana pendeknya dengan cepat menuju
ke pintu keluar. Cintya membungkus payudaranya yg berlumuran sperma
dengan jubahnya. Tom muncul, masih ada sisa air menetes dari tubuhnya.
Cintya berdiri di hadapan suaminya“Mmmm.” Tom bergumam saat dia cium
pengantinnya. Tangannya bergerak ke tali jubah Cintya…
Cintya memegang tangan suaminya dan menepiskannya ke samping. Dia
melenggang ke dalam kamar mandi untuk membersihkan sperma sang pria dari
memek dan payudaranya. Sebentar lagi, dia akan pergi mengambil sekaleng
teh dingin.
0 komentar:
Posting Komentar