Rabu, 21 Juni 2017

Cerita Sex Belajar Menyetir Berujung Nikmat




Saat itu saya masih kelas 3 SMA. Saya mempunyai adik sepupu yang masih kelas 2 SMA, namanya Amel. Dia meminta saya untuk mengajarinya menyetir mobil tiap sore, tentu saja tanpa sepengetahuan orang tuanya.

Karena jarak rumah kami cukup dekat, setelah pulang sekolah, makan siang, bersih-bersih, dan tidur siang, sorenya saya pasti main ke rumahnya.

Pintu pagar langsung saya buka dan saya ketok pintu depan rumah. Tok... tok... tok... Tak lama pintu dibuka oleh Amel yang hanya mengenakan kaos lengan setali dan celana pendek. Wow, sexy sekali. Penis saya langsung mulai berdiri.

Tanpa babibu, langsung Amel menyerbu pundak saya, bergelendot sambil berkata,

"Mas Bagus, ajarin Amel nyetir mobil dong, mumpung rumah kosong nih" rengeknya manja.

Sambil merasakan empuknya buah dada sekepalan tangan Amel, saya langsung memeluknya dan menjawab,

"Boleh, siapa takut, kapan? di mana?"

"Sekarang aja mas, kita ke lapangan di pojok kompleks rumah" jawabnya cepat.

"Oke, ayo..." kata saya sambil tetap saya rangkul dan saya tepuk bongkahan pantat ranumnya, dia hanya tersenyum manja.

Singkat cerita, sesampainya di lapangan, dia nampak kagok sekali menyetir mobil, maklum masih ABG. Sementara itu, sambil menahan gejolak birahi, saya pun agak khawatir kalau-kalau dia menabrak sesuatu. Langsung saja timbul ide gila saya.

"Mel, kalo nyetir santai aja. Gini deh, kamu tetep nyetir, tapi biar aman dan buat jaga-jaga, aku pangku kamu, ok?"

Tanpa protes, di luar dugaan saya, Amel langsung setuju. Lalu, segera saya atur posisi penis saya yang semula rada miring ke kanan ini menjadi tepat ke tengah, harapan saya selain biar enak dan gak sakit, supaya bisa tepat kena belahan pantatnya.

Sambil tetap menyetir mobil, Amel langsung duduk di atas pangkuan saya, tepat di atas penis saya. Alamak, enak banget. Tangan saya kadang memegang setir, kadang memegang paha dan perutnya. Semula Amel serius, tapi karena penis saya terus berdenyut, akhirnya dia terasa, lalu dia berkata manja,

"Mas, porsnelingnya kok ada dua ya? tapi yang di bawah ini keras banget"

"Iya nih, kayaknya porsneling Mas udah pengen dilemesin deh. Kita istirahat dulu aja yuk di rumah kamu."

"Ayo, siapa takut..." jawabnya cepat.

Sambil tetap memangku Amel, mobil saya arahkan balik pulang ke rumahnya sambil berharap rumahnya masih sepi.

Sampai parkir mobil di garasi, langsung saya cium tengkuknya dan saya raba perut, payudara, dan selangkangannya. Amel melenguh manja.

"Ah mas, nakal ah..."

Lalu dengan cepat Amel membuka pintu dan beranjak ke kamarnya.

Tanpa membuang waktu, saya cepat mengikutinya dan langsung ke kamarnya di lantai dua. Dia tersenyum manja. Langsung saya rangkul dan ciumi lehernya sambil saya lepas kaos dan celana pendeknya. Dia tak mau kalah, dilepasnya kaos dan celana panjang saya.

Sambil meraba-raba penis saya yang sudah siap tempur itu, Amel mencium kedua puting dada saya bergantian. Tangan saya pun sibuk meremas-remas bongkahan pantatnya dan menciumi kepalanya. Nikmat sekali.

Dari dada, dia langsung turun mencium penis saya dari luar celana dalam saya yang mulai basah karena cairan mani dan ludahnya. Setelah itu, dikeluarkannya penis saya yang sudah tegak mengacung itu dan dilihatnya dengan seksama.

"Kenapa? belum pernah lihat kontol ya?" tanya saya.

"Iya mas, lucu ya. boleh aku isep kan Mas?" jawabnya polos.

"Boleh Dong, malah mas pengen kamu masukin ke memek kamu. Eh, kamu masih perawan kan? Mau kan mas entot?"

"iya mas, tapi janji gak sakit ya" jawabnya sambil tersenyum.

"Ditanggung nikmat deh, beres..."

"Tapi Mas, aku isep dulu ya, mas juga isep memekku.".

"Oke... lanjut, tarik..." jawabku sekenanya.

Sambil ketawa langsung dia cium kepala penis saya. Wuih, terbang rasanya. Saya pun tak mau kalah, dengan posisi 69, langsung saya jilat itil dan memeknya. Gurih sekali...

Sampai suatu saat memeknya becek banget dan dia langsung orgasme dengan mulut makin kuat ngisep. Cairan cintanya saya sedot habis dan saya sapu seluruh permukaan vaginanya, sedap. Sementara itu, saya masih belum apa-apa, siap tempur.

Setelah istirahat beberapa saat, Amel berbalik dan langsung menindih badan saya dan memegang penis saya, lalu diarahkan ke memeknya pelan-pelan. Saya remas dan isep kedua payudara ranumnya yang berputing merah muda itu.

Penis saya digesek-gesekkannya ke bibir vaginanya sambil Amel mencium leher saya. Setelah agak lama, tak sabar tangan saya kembali meremas bongkahan pantatnya dan sekali sentak langsung saya hujamkan penis saya ke vaginanya.

"Aduh mas, ehkk... enak mas... nikmaaaatttt... aaaahhhhhh..."

Saya isap mulut dan bibirnya dalam untuk menambah sensasinya sambil saya percepat goyangan sentakan saya.

"Brettt... brettt... brettt..." terdengar sesuatu tergesek sobek. Pikirku, mungkin itu selaput daranya. Ah, berhasil juga akhirnya saya perawani dia. Nikmat sekali.

Semakin lama, goyangannya makin hebat dan rupanya Amel kembali orgasme dengan memeluk saya berguling-guling. Saya cepat atur napas untuk menahan sedikit lagi ejakulasi.

Posisi saya ubah. Saya berdiri dan saya gendong dia ke dinding samping pintu menghadap cermin. Sungguh seksi sekali posisi saya (ngentot berdiri) ini. Terasa seluruh batang penis saya masuk memenuhi lubang memeknya. Kembali Amel klimaks.

Puas dengan posisi berdiri, saya ubah dengan doggy style dengan kaki saya di kanan kirinya dan badan saya setengah berdiri gagah dan tangan saya sibuk meremas kedua teteknya. Terasa sempit dan menantang menggairahkan. Tak kuat menahan, Amel klimaks lagi.

Terakhir saya posisikan biasa. Saya angkat kedua kakinya ke bahu saya dan saya hujam cepat keras berulang kali penis saya ke memeknya. Amel menjerit keras tak terkendali dengan seksinya. Bersamaan dengan goyangan keras pantatnya yang menandakan untuk keempat kalinya Amel klimaks, saya pun mempercepat hujaman saya yang akan klimaks juga.

"Mel, aku mau keluar nih, didalam aja apa kamu isep?"

"Tahan bentar Mas, aku dulu, mas saya isep aja... aahhh..."

Akhirnya Amel klimaks, aahhh... Saya tahan sekuat tenaga meskipun geli dan nikmat tiada tara. Setelah itu, tak kuat menahan lebih lama lagi, dengan cepat saya cabut dan saya arahkan penis saya ke muka Amel untuk diisapnya. Sperma saya muncrat banyak sekali berulang kali ke mukanya dan sebagian besar ke mulutnya. Sambil lemas menikmati klimaks keempatnya itu, Amel mengocok dan mengisap penis saya dalam-dalam. Hampir semua sperma saya ditelannya habis tak tersisa.

"Terima kasih mas, udah ngajarin Amel nyetir dan jadi dewasa" bisiknya manja.

"Iya, sama-sama. Lain kali mau lagi kan?" jawabku nakal.

"Iya dong, aku mau lagi. Jadwal tetap aja ya" senyumnya binal.

"Oke putriku cantik" jawabku sambil kucium bibirnya.

0 komentar:

Posting Komentar