Gairah Vira Yang Haus Seks. Aku menggerutu pelan ketika melihat keluar dari jendela kamar kosanku. Matahari bersinar terang dan panas sekali. Dengan enggan aku bersiap untuk keluar dari kosan demi mengikuti perkuliahan. Flare skirt berwarna navy blue sudah menutupi pinggang hingga 5 cm diatas lututku. Demi mengurangi rasa panas, aku memakai kaos putih ketat. Dadaku terekspose dengan jelas akibat dari ketatnya kaus ini.
Aku melihat jam dan merasa aku masih bisa pergi ke foodcourt dulu untuk sarapan yg telat. Aku harus masuk kuliah jam satu dan sekarang masih jam 12 kurang. Sepatu flat shoes sudah kupakai dan aku sudah siap untuk pergi ke kampus.
Setelah kukunci kamarku, aku keluar dari tempat kos dan berjalan menuju kampus yg tdk jauh dari kosan. Aku melewati warung kopi di pinggir jalan dan ada beberapa mahasiswa yg nongkrong di warung kopi tersebut. Pendengaranku yg tajam bisa mendengar suara siulan pelan dan obrolan mereka.
“Buseettttt, montok juga ya tu cewek.” Kata salah seorang cowok.
“Wuiihhh, iya broo. Bulet.. Kenceng lagi..” kata temannya.
Aku tdk menghiraukan perkataan mereka dan menyebrang tepat di depan kampus. Salah seorang satpam yg sedang duduk langsung berdiri dan membantuku untuk menyebrang.
“Eh, neng Vira. Mau kuliah neng?” sapa si satpam itu ketika aku sudah sampai sebrang.
“Iya pak, makasih ya udah nyebrangin.” Ucapku.
Aku berjalan meninggalkannya dan menuju foodcourt yg berada di lantai dasar. Aku merasa si Satpam tadi memandangi pantatku yg bergoyg pelan. Entah mengapa aku memang suka orang memandangi tubuhku dengan kagum. Aku rela dilihat banyak orang asalkan mereka tdk berbuat macam-macam dengan tubuhku.
“Viirrraaaa..”
Ada yg memanggilku dan aku langsung mencari siapa yg sudah berteriak untuk memanggilku. Kulihat di ujung foodcourt, seseorang melambaikan tangan. Ada tiga orang yg duduk di meja tersebut, Romi, Mila dan tentu saja Reza, pacarku. Aku langsung menghampiri mereka yg sedang mengobrol.
“Hai”
“Hai Vira..” kata Romi dengan semangat.
“Kok kalian disini sih? Bukannya lagi kuliah?” tanyaku kepada Reza dan Romi.
Reza dan Romi tdk satu jurusan denganku. Mereka jurusan teknik sipil dan satu tingkat diatas aku. Sedangkan aku kuliah jurusan manajemen bersama Mila. Aku mengenal mereka ketika sedang ospek dan mereka adalah mentorku.
“Aku sama Romi tadi udah masuk, tapi cuma ada asdos aja. Dosennya nggak masuk, jadi cuma bentar deh.” Kata Reza.
“Iyah, terus tadi ketemu Mila. Terus aku ajak aja kesini.” Lanjut Romi.
“Lebih tepatnya aku diculik kesini Vir.” Sanggah Mila. “Lagi jalan tiba-tiba ditarik disuruh duduk sini.”
Romi hanya menyengir pelan.
“Enak banget ih kalian, kuliahnya bentar. Lah gue sama Mila masih harus masuk sampe jam 3.”
“Yasudahlah, terima aja penderitaan lo. Hahaha..” Ujar Romi sambil menertawakan aku.
“Ahh sialan lo Rom.. Gue mau cari makan dulu, kalian udah makan?” tanyaku berbasa-basi.
Romi menggelengkan kepala.
“Entar aja deh yg, masih kenyg.” Kata Reza
Akhirnya aku dan Mila pergi meninggalkan mereka yg sibuk main Hpnya masing-masing. Aku dan Mila memutuskan untuk membeli makanan prasmanan agar tdk menunggu lama. Setelah membayar semua makanan, kami kembali ke bangku tempat Reza dan Romi duduk. Ketika kembali mereka sedang asyik dengan HPnya sambil mengobrol. Aku yg tdk terlihat oleh mereka berdua mendengar samar-samar perkataan mereka.
“Lo apain sih si Vira? Makin montok aja dia.” Tanya Romi.
“Hahaha, ada deh. Emang montok banget si Vira, padet lagi. Ga salah deh gue dapetin dia.” Ujar Reza yg matanya tdk terlepas dari layar HP.
“Wah beruntung banget lu ye. Banyak banget tau yg ngantri buat jadi cowonya.” Kata Romi.
“Hahaha, jangan-jangan lu ngiri lagi sama gue?” celetuk Reza.
“Makanya lu jadiin tuh sama si Mila. Seksi juga dia.”
Aku tiba-tiba memunculkan diri dan langsung menyeletuk,
“Hayoo, lagi ngomongin kita yaaa..”.
Reza terlihat kaget ketika melihat aku dan Mila tiba-tiba datang, begitu juga dengan Romi. Namun Romi hanya tersenyum jail ke arahku.
“Ehh, ng.. nggak kok ss..ssaay..” kata Reza dengan terbata-bata.
“Kalo bukan gue sama Mila yg kalian bicarain, terus Vira mana lagi yg montok dan padet?”
“Nah loh Ngga..” kata Romi yg tiba-tiba tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi pacarku yg salah tingkah.
Reza hanya tersenyum sambil menggaruki kepalanya yg tdk gatal. Aku cuek aja melihat kelakuan pacarku yg polos itu.
“Lu juga Rom, gue baru tau kalo lu ngincer si Mila.” Ujarku.
“Ogaah gue sama elu. Entar dimesumin lagi.” tolak Mila.
Sekarang gantian Reza yg menertawakan Romi. “Hahaha, belum apa-apa udah ditolak duluan.”
Aku dan Mila mengabaikan mereka dan langsung melahap makanan di meja. Memang aku sangat lapar karena belum sarapan. Hanya dalam beberapa menit saja makananku sudah habis setengah. Reza dan Romi tdk mengobrol lagi sejak kepergok lagi ngomongin aku. Reza memainkan game Clash of Clan di iPhonenya dan Romi juga mengutak-atik HP Samsungnya, namun aku tak tahu apa yg sedang dia buka.
“Eh say, nanti kita nonton yuk. Kan ada James Bond yg baru tuh.” Ajak aku.
“Hayu, tapi aku harus pergi dulu. Paling aku jemput kamu pas udah beres kelas.”
“Ngga apa-apa. Aku juga ada rapat senat dulu nanti sore. Paling abis rapat sekitaran jam 6an.”
“Eh, kalian pergi berdua aja nih? Gue ga diajak.” Tanya Romi.
“Iyalah kan mau ngedate” Timpalku.
“Ikut dong, gue juga pengen nonton.” Kata Romi.
“Ajakin tuh si Mila, kalo cuma lu doang mah ogahh. Nanti ada nyamuk.” Balas Reza
Romi langsung menoleh ke arah Mila. Mila yg hendak menyuapkan makanan ke mulutnya langsung berhenti dan berkata,
“Emmohh, nanti di grepe-grepe sama lu lagi di dalem bioskop.”
Aku dan Reza langsung tertawa mendengar penolakan oleh Mila. Romi langsung melancarkan jurus rayuan mautnya untuk mengajak Mila. Setelah puluhan rayuan maut yg ditolak mentah-mentah, Mila akhirnya menyetujui ajakan Romi yg sudah memakai tampang memelas. Romi terlihat senang tdk keruan ketika akhirnya Mila menyetujui untuk ikut nonton. Mila hanya tersenyum manis melihat kelakuan Romi.
Tak lama aku dan Mila pergi untuk masuk kuliah. Kali ini aku kuliah Manajemen SDM dengan dosen Pak Hary. Seperti biasa, Pak Hary menyuruh salah satu kelompok untuk menjelaskan materi. Sebenarnya mata kuliah ini tdk terlalu sulit, asalkan membaca materinya. Namun penjelasan kelompok yg monoton membuat aku mengantuk di dalam kelas. Tdk hanya aku, tapi sebagian besar mahasiswa sudah mulai menguap ketika memasuki 1 jam.
Aku yg sedang bosan, iseng membuat status di BBM. Kutulis ‘Bored’ dan memasukan emoticon mengantuk. Tak lama ada BBM masuk dari seseorang.
“Mau main di tempat biasa?” isi BBM tersebut.
Aku langsung bersemangat ketika mendapatkan BBM tersebut. Aku langsung membalasnya,
“Ayo siapa takut. Gue mau izin keluar dulu sama dosennya.”
Setelah situasi memungkinkan, aku izin kepada Pak Hary untuk ke toilet. Namun aku tdk langsung ke toilet. Aku naik satu lantai ke lantai 4 dan melihat keadaan sekitar. Lantai 4 ini cukup sepi karena isinya adalah ruangan lab yg jarang dipakai. Aku memasuki toilet wanita yg berada di ujung koridor. Toilet di lantai ini cukup bersih karena jarang ada yg memakainya. Di dalam toilet pun tdk ada orang. Ada 3 bilik di dalamnya dan semuanya terbuka.
Setelah keadaan aman, aku langsung mengirimkan BBM,
“Gue udah di TKP. Buruan sini. Jangan lupa kunci pintunya.”
BBMku langsung dibaca, aku tinggal menunggu orang itu masuk ke dalam toilet ini. Tak lama seseorang memasuki toilet ini, terdengar langkah kaki lalu hening. Lalu pintu masuk toilet ditutup oleh orang tersebut dan dikunci dari dalam. Pintu bilik toilet diketuk dengan pelan, kubuka pintu itu dan muncul seseorang yg cukup kukenal baik. Dengan badannya yg tinggi dan berisi, khas pemain basket dan kulitnya kecoklatan karena sering terkena sinar matahari. Orang itu cukup menarik perhatian. Ditambah lagi dengan tampangnya yg nggak parah-parah banget bisa bikin cewek-cewek kepincut.
“Hai Rom.” Sapaku kepada cowok itu. Romi ini adalah sahabat Reza yg tadi siang makan bersama aku.
Tanpa berbasa-basi, Romi langsung menyosor bibirku. Mulutnya melumat habis bibirku. Aku sudah yakin lipgloss yg kupakai sudah hilang akibat lumatannya. Nafas Romi yg memburu mengenai pipiku, terasa hangat. Nafasku juga sudah tdk beraturan gara-gara ciuman penuh nafsu ini. Tangan besar Romi memeluk tubuhku dengan erat. Aku merasakan badanku sudah menempel dengan badan Romi yg cukup berisi. Jari tangan kanannya sudah menyingkapkan rok dan meremas-remas pantatku. Aku hanya bisa mendesah pelan menerima semua perlakuannya. Aku merasakan ada yg meleleh dari bibir vaginaku. Aku sudah banjir! Padahal baru dicium dan diremas-remas saja.
“Romm..” erangku ketika Romi melepaskan ciumannya.
“Reza dimana?”
“Masih di foodcourt. Tenang aja, gue bilang mau ke TU dulu. Dia nggak akan nyariin kok.” Jelas Romi.
Bibir Romi mulai menjelajahi leherku. Dimulai dari leher bagian bawah dan bergerak ke atas ke belakang kupingku. Terasa geli di seluruh badanku, tapi rasanya nikmat. Aku menggelinjang pelan saat bibir Romi menciumi belakang kupingku.
“Ssshhh… Roommm..” desahan keluar dari mulutku.
Birahiku sudah meluap-luap. Vaginaku terasa geli dan ingin Romiuki oleh batang yg keras. Romi sudah melepaskan bibirnya dari leherku. Dengan sekali gerakan, Romi membuka kaos putih dan langsung membuka bra ukuran 34C yg aku pakai. Aku sudah topless, bibir Romi langsung melumat putingku yg sudah tegak maksimal.
“Demen bener gue sama toket lu. Kenyal banget, padet berisi.” Ucap Romi, seketika mulutnya kembali sibuk dalam menghisap putingku.
Kurasakan tubuhku bergetar ketika lidah Romi menstimulasi putingku.
Tangan Romi juga tdk menganggur. Rokku dan celana dalamku disingkapkan. Jari jemarinya mengusap lembut klitorisku yg sudah basah dengan cairan cinta. Jari tengah dan jari telunjuknya memasuki lubang vaginaku dan jempolnya di klitoris.
“Bitchy banget lu Vir, baru di grepe-grepe bentar udah banjir gini.” Kata Romi sambil mengobok-obok liang vaginaku.
“Ssshhh Roommmm.. Maasshukkin langsuung ajaaa..” desahku.
“jaangaann laammaa-lammaaa.. Aakku kan maassihh kuulliahh.. Aaaahh..”
Romi melepaskan jarinya dari vaginaku. Terlihat mengkilat karena cairan cintaku. Romi menyodorkan jarinya dan kulumat hingga bersih. Rasa asin dari cairan cinta memenuhi mulutku. Dengan tdk sabar aku membuka celana jeansnya juga celana dalamnya. Romi membukanya dan menaruhnya di gantungan baju. Penis Romi sudah menegang, ukurannya cukup besar untuk ukuran orang Indonesia. Pernah kuukur, panjangnya hampir 18 cm dan lebarnya hampir 5 cm. Penis inilah yg bisa membuatku bergelinjangan karena nikmat.
Aku menumpukan lututku di tutupan kloset duduk. Posisiku menjadi menungging dan berpegangan pada dinding.
“Romm, masuukkiiinn.. Guee gaa tahaaann..” erangku dengan manja.
Romi memposisikan penisnya di bibir vaginaku. Namun tdk langsung Romiukan, kepalanya menggesek-gesek bibir vaginaku.
“Roommm, masuukiin ajaahh..” kataku dengan manja.
“Udah ga tahan ya Vir..” kata Romi sambil tersenyum mesum.
“Iyyahh.. Meemeekk Viiirraaa udaah gaa taaahaannn..”
Romi mulai memasukan penisnya. Tapi sangat pelan, hanya kepalanya saja yg masuk ke dalam vaginaku. Kemudian kepalanya dikeluarkan kembali. Romi melakukan itu berulang kali. Aku tdk tahan, akhirnya aku menggerakan pinggulku ke belakang sampai penisnya masuk dengan sempurna ke dalam vaginaku.
“Uuuhh… Giillaa.. Niikmaatt.. Peenuuhh bangeet meemeekk Viirraaaaa..”
Senyum kemenangan muncul di muka Romi. Penis besar dan keras itu sudah masuk sepenuhnya hingga ke pangkal. Kubiarkan sejenak untuk membiasakan terhadap barang yg besar ini. Walaupun vaginaku sudah licin dengan cairan cintaku, aku masih merasakan ngilu.
“Viir.. Vagina lu masih peret ajaa..” ujar Romi.
“Punya lu gede kali Rom.. Jangan digerakin dulu, vagina gue ngilu.”
Belum juga berjalan semenit, Romi sudah menggerakan pinggulnya. Penis Romi keluar masuk dengan pelan, menggesek dinding vaginaku. Rasa ngilu menjalari selangkanganku, namun disela-sela rasa ngilu itu terasa nikmat di tubuhku.
“Roommmm.” Erangku.
“Uhhh.. Viir, sorry.. Gue ga tahan abis vagina lu ngegrip banget..” ujar Romi seraya menggerakan pinggulnya dengan kecepatan pelan.
Sedikit demi sedikit, rasa ngilu di selangkanganku menghilang dan digantikan dengan rasa nikmat yg menjalari seluruh tubuhku. Kututup mulutku rapat-rapat untuk menghindari desahanku terdengar dari luar toilet. Romi merespons tubuhku dengan mempercepat goygan pinggulnya.
Ditengah rasa nikmat yg menjalari tubuhku, tiba-tiba terdengar suara pintu yg dibuka paksa. Bunyi pintu yg terbuka membuat kami kaget setengah mati. Rasa nikmat genjotan Romi terpaksa ditunda ketika Romi kaget dan batang penisnya terlepas dari vaginaku. Aku mengomel di dalam hati ketika ada dua orang yg masuk ke dalam toilet. Bunyi sepatu dengan heels menggema di dalam toilet.
“Ughh, kenapa sih toilet gak ada yg bener. Di lantai 3 rusak, yg ini susah dibuka..” ucap seorang wanita dengan nada yg kesal. Aku merasakan mengenal suara wanita ini. Namun aku tdk ingat siapa orang tersebut karena yg kupikirkan hanyalah ML.
“Kampus gede, tapi WC rusak semua. Ga modal ih kampus.” Kata seseorang lainnya. Suara orang ini juga terdengar familiar di telingaku.
Kedua orang tersebut masuk ke dalam dua bilik di sebelahku. Terdengar suara percikan air di kedua bilik tersebut.
“Eemmhh..” terdengar suara desahan dari bilik sebelah.
“Eh ngapain lu? Jangan-jangan lagi ngobelin vagina ya? Si Hari ga bikin lu puas? Ahahaha..” kata wanita di sebelahnya.
“Sialan lu, gue lagi bersihin vagina gue nih.. Tadi si Hari nyemprot di dalem banyak banget, udah gue bersihin tapi ternyata masih ada di dalem.
Di kelas tadi keluar deh basahin panties gue.”
“Hahaha, yakali lu maen sebelum kuliah. Udah tau dia suka nyemprot di dalem.”
“Gapapa dah, yg penting kuliah gue dapet A. Lagipula penisnya enak tau.”
“Hahaha, lu dulu sok-sokan ga mau. Eh sekarang ketagihan.”
“Njir, diem lu.”
Wanita yg di ujung bilik tertawa, kamudian terdengar suara pintu biliknya terbuka dan orangnya keluar dari dalam. Terdengar suara percikan air di wastafel, tampaknya wanita itu sedang mencuci tangannya.
“Masih lama ga lu?” tanya si wanita yg sudah keluar.
“Bentar.” Jawabnya.
“Duh, ga enak nih panties gue basah. Lu ada pantyliner ga?”
“Bawa, tapi kan ada di dalem kelas.”
“Ah, shit.”
“Udah ga usah pake panties aja. Gue juga ga make.”
“Iya kali ya. Yaudah deh.”
Tak lama wanita di bilik sebelah keluar, kemudian langkah kaki terdengar hingga keluar dari toilet. Setelah pintu toilet terdengar menutup kembali, kami menarik nafas lega. Setdknya kami tdk ketahuan sedang ML di toilet kampus. Tapi aku jadi berfikir, siapa kedua orang tersebut. Apalagi suaranya terdengar familiar.
“Rom… Aaahhh..” tiba-tiba Romi memasukan penisnya yg masih tegang itu ke dalam vaginaku.
Aku tdk dapat menahan teriakan dari mulutku.
“Shiit.. Pelan-pelan Romm…”
Romi hanya terkekeh.
“Untung ga ketauan kita lagi indehoy disini. Kalo ketauan bisa gempor gue diminta ngegenjot mereka berdua.” Lalu kembali menggerakan pinggulnya.
Tanpa tedeng aling-aling, Romi menggenjotku dengan kecepatan tinggi. Aku tak kuasa untuk menahan desahan yan keluar dari mulutku.
“Shiit.. Roomm Pelanniinnn..” racauku.
“Ooouuhh, giillaa koonttool luu Romm…”
Romi tdk menghiraukan aku yg meracau dengan keras. Aku yakin bila pintu toilet tdk tertutup pasti desahanku terdengar hingga keluar hingga ke koridor. Tapi aku sudah tdk menghiraukannya, yg kupikirkan hanyalah batang penis yg keluar masuk vaginaku yg sudah banjir. Cairan pelumasku sudah menetes ke lantai.
“Ouuh fuckk it Virr…” racau Romi. “Gila, vagina lu peret bangeet.”
Romi tdk hanya menggenjotku dengan keras. Tangan besarnya menggeraygi dadaku dan meremasnya dengan cukup kasar. Namun kekasaran tangannya membuat sensasi yg berbeda di tubuhku. Putingku sudah tegak maksimal dan dipelintir oleh jarinya.
“Ohh, Roommm.. Lu apaaiinhh tookkeett gueeee..” desahku ditengah gempuran genjotannya.
Sesekali Romi meremas bongkahan pantatku.
“Gilla Virrrrrr.. Paantat luh sekell bangetth.” Ucap Romi sambil meremas pantatku.
Terdengar dari suaranya, Romi sudah terengah-engah dalam menggenjotku.
Dalam sekali gerakan, Romi menampar pantatku.
“Plaakkk..” Bukannya rasa sakit yg kuterima dari tamparan itu.
Aku merasakan ada seperti kejutan listrik di seluruh tubuhku. Rasa geli juga menghinggapi tubuhku hingga membuat badanku bergelinjang nikmat. Ditambah lagi genjotan Romi semakin cepat dan kasar membuat rasa nikmat di selangkanganku.
Cairan pelumas vaginaku sudah membasahi lantai, sebagian mengalir ke paha bagian dalamku. Suara genjotan penis Romi dan benturan paha Romi dengan pantatku menggema di dalam toilet. Suara lenguhan dari mulutku terdengar samar di toilet ini. Aku merasakan ada rasa geli dan nikmat bercampur menjadi satu. Rasa itu semakin menjadi-jadi di tubuhku. Terasa ada sesuatu yg hendak keluar dari tubuhku dan rasana nikmat sekali.
“Ooouhhh… Guueee maauu kelluuaarr Roommmmm… Ooouuhh..” aku melenguh dengan keras ketika rasa nikmat itu datang.Hanya berselang beberapa detik, aku tdk dapat menahannya lagi. Pertahananku sudah jebol.
“OOOUUUHHHH ROOMMM…..” aku berteriak untuk melampiaskan rasa nikmat dari dalam tubuhku.
Cairanku menyemprot bersamaan dengan teriakanku hingga membasahi lantai dan sebagian paha Romi.
Di tengah-tengah gelombang orgasme yg melanda tubuhku, Romi tdk mengendorkan gempurannya. Romi tetap menggenjotku dengan kecepatan maksimal yg bisa dia lakukan. Akibatnya gelombang orgasmeku tdk hanya datang sekali, tapi beberapa kali. Tubuhku bergetar dengan keras ketika gelombang orgasme itu datang.
Gelombang orgasmeku sudah sedikit mereda, tapi Romi tetap menggenjotku tanpa ampun. Rasa ngilu muncul kembali di selangkanganku.
“Rommm.. Pelaanninn dikiittthh.. Guue udaah lemeeess…” pintaku kepada Romi.
“Sebentar Virrr.. Guee jugaa udahh mau keluar..” jawab Romi sambil terengah-engah.
Kakiku sudah terasa lemas, hampir terasa tdk bertenaga lagi. Sedikit demi sedikit rasa nikmat kembali muncul seiring genjotan Romi yg kasar dan tdk beraturan. Aku sudah merasakannya dan aku yakin tak lama lagi Romi akan keluar. Namun dibalik kekasaran itu rasa nikmat kembali muncul ke ubun-ubun.
Genjotan Romi semakin kasar dan akhirnya Romi meraung dengan cukup keras.
“OOUHH VIRR.. TERIMAA NIHH PEJUU GUEEE…” Semprotan demi semprotan hangat keluar di dalam vaginaku.
Rasa nikmat yg sudah di ubun-ubun kembali memuncak dan meledak di dalam tubuhku. Aku mengerang menikmati rasa nikmat di selangkangan dan menjalar ke seluruh tubuhku. Orgasme ini tdklah sehebat sebelumnya, tapi membuat rasa ‘pas’.
Romi yg sudah lemas akibat ‘bekerja keras’ hanya mendiamkan penisnya di dalam vaginaku. Tangannya mengelus punggungku yg terbuka dan berkeringat. Sedikit demi sedikit penis Romi mengecil dan sebagian kecil pejunya meleleh ke bibir vaginaku. Rasa hangat ini membuat aku rileks dan entah mengapa ada rasa ‘menyenangkan’.
“Haah, keluar juga peju gue. Tabungan gue seminggu tuh. Pasti banyak banget.” Ujar Romi sambil terkekeh.
“Iyah, lu gila ya banyak banget nyemprotnya. Anget banget vagina gue.” Kataku.
“hahaha.. Emang enak nyemprot di vagina cewek orang. Kalo hamil juga bukan gue yg tanggung jawab. Hahahaha” tawa Romi.
“Sialan lo, cuma enaknya doang.” Kataku. Nafasku sudah beraturan dan sudah pulih dari gelombang orgasme.
“Reza aja ga pernah nyemprot di dalem vagina gue, eh udah keduluan sama lu.”
Romi terkekeh dan tanpa aba-aba, dia langsung melepaskan penisnya dari dalam vaginaku. Rasa geli langsung menyengat dari selangkanganku hingga ke seluruh tubuhku.
“Njirr.. “ umpatku.
“Kalo lepasin pelan-pelan kek, geli tau..” ujarku dengan nada manja.
“Hehehe, sorry Viraku sayang.” Kata Romi sambil mengelus rambutku yg sudah berantakan.
“Rom, tolong ambilin tisu dong di wastafel.” Pintaku.
Aku merasakan ada yg cairan yg keluar dari dalam vaginaku dan mengalir di bibir vaginaku. Aku mengejan untuk megeluarkan peju Romi dari dalam vaginaku. Terdengar suara seperti angin yg keluar dari dalam vaginaku dan keluarlah peju Romi yg kental dalam jumlah yg cukup banyak. Lantas aku mengadahkan tangan untuk menampung cairan itu. Kemudian kujilat tanganku untuk merasakan peju Romi. Inilah yg aku suka dari peju Romi, rasanya asin gurih dan enak untuk dijilat.
Ketika Romi keluar, aku memasukan jari telunjuk dan jari tengahku ke dalam vaginaku untuk mengambil peju Romi yg masih tersisa di dalam vaginaku kemudian menjilatnya. Ketika Romi masuk kembali ke dalam bilik, aku melihat penisnya yg menggantung lemas. Dengan gemas kuraih penis itu dan memasukannya ke dalam mulutku.
“Sini, biar penis lu gue bersihin.” Ucapku.
Setelah kujilat dan kuhisap, dalam sekejap penis Romi sudah bersih dari pejunya. Kemudian aku membersihkan lelehan peju dan cairan cintaku di paha dan bibir vaginaku. Setelah kurasa cukup bersih, aku mengenakan kembali celana dalamku.
Aku mengambil bra dan kaos putihku untuk dipakai dan Romi berkata,
“Apa ya reaksi Reza kalo cewek kesayangannya dientotin sama gue?”. Romi memakaikan celana dengan asal dan belum dikancingkan.
Penis yg tadi membuat aku bergelinjangan nikmat itu masih tergantung dengan bebas.
“Ahh, gatau deh..” ucapku sambil lalu.
Aku memasangkan bra dan Romi membantu memakaikannya.
“Jangan sampe dia tau kalo kita ngelakuin ini. Gue sayang sama cinta sama Reza. Gue nggak mau kehilangan dia.”
Kataku dengan tegas.
Kemudian aku memakaikan kaus putih ketatku dan merapikan rambutku. Rambutku sudah berantakan dan tdk bisa dirapikan tanpa sisir. Aku memutuskan untuk mengikatnya seperti ekor kuda.
“Iyalah itu sih pasti.” Kata Romi merogoh kantong celananya untuk mengambil rokok dan korek, lalu menyalakan rokok tersebut dan menghembuskan asap rokoknya.
“Kalo lu sayang sama cinta sama Reza, kenapa lu mau ngentot sama gue?” tanya Romi.
“Sejak kita ngentot dengan nggak sengaja pas di kosan Reza, gue udah ga bisa lepas sama ini nih.” Ucapku sambil meremas batang yg sudah lemas itu dan mengecup pelan di kepala penisnya.
“Gue bisa bilang kalo gue sama-sama puas kalo ngentot sama Reza ataupun lu Rom. Tapi gatau kalo gue ngentot sama lu, ada sensasinya. Apalagi di tempat kayak gini.”
“Hahaha, iya ampir aja kita ketauan sama si Milla sama temennya. Untung dia ga nyadar ada orang lain di bilik sebelahnya.” Ujar Romi dan membuatku kaget, Romi menyebut nama Milla.
“Ha? Milla?” tanyaku dengan kaget.
“Iyah Milla. Emang lu ga nyadar sama suara sama logatnya si Milla?” Romi bertanya balik.
Pikiranku berkelana ke kejadian beberapa menit yg lalu. Memang suara mereka familiar di pikiranku, namun aku tdk berfikir kalau yg bicara tadi adalah Milla. Setelah kupikir kembali, Suara cewek di bilik ujung adalah Ratna teman sekelasku dan tadi dia duduk di sebelah Milla.
Aku manggut-manggut ketika mendapatkan kebenaran itu. “Iyah aku juga kenal sama suara yg di bilik ujung. Dia Ratna sekelas sama aku sekarang.” Kataku sambil menatap Romi yg menghembuskan asap rokoknya ke langit-langit. “Nah, lu gimana? Kan lu ngincer si Milla.”
“Hahaha, gampang itu sih.. Gue buat dia bertekuk lutut di depan penis gue dah..”
“Hahaha dasar. Yg penting, gue bisa ngentot deh sama lu kalo gue pengen..”
“Siap Vir..” ujar Romi.
“Eh Vir, lu ga masuk? Udah setengah jam loh lu diluar.”
Aku melihat jamku dan aku menyadari kalao 15 menit lagi, kelas akan bubar. “Oh Shit..” umpatku. “Gue cabut dulu ye.. Ati-ati lu ketauan masuk WC cewek.. Hahaha..” kataku sambil meninggalkan Romi yg sedang merokok di WC cewek.
“Dari mana aja lu Vir?” tanya Milla ketika aku duduk kembali ke kelas.
“Mules gue tadi Mil, mana WC di lantai 3 lagi rusak kan. Jadi gue ke lantai 4 deh.” Kataku sambil memancing Milla.
Seperti yg kuduga, Milla terlihat terkejut dan terlihat pucat. Ratna yg sedang memperhatikan Pak Hary langsung menoleh dan terlihat terkejut.
“Eh pas mau masuk ga bisa kebuka, jadi gue ke lantai 5, untung disitu kosong.” Kataku lebih lanjut.
Milla dan Ratna terlihat lebih rileks ketika mengetahui aku tdk berada di WC lantai 4. Milla dan Ratna berpandangan sejenak dan mengalihkan perhatiannya ke Pak Hary yg sedang mengajar. Diam-diam aku mengeluarkan iPhone dan masuk ke dalam applikasi BBM. Kukirim chat kepada orang yg tadi bergumul denganku di dalam WC. Kutulis, “Emang bener yg tadi orangnya”, kemudian kukirim chat tersebut dan beberapa detik kemudian chat itu sudah dibaca. Kemudian iPhoneku bergetar di atas meja dan menampilkan isi chat.
info menarik
BalasHapushttps://youtu.be/_H4LNgdeQXQ
BalasHapushttps://youtu.be/78H5JPQhLSQPP
BalasHapus