Cerita Hot , Namaku Iwan (samaran) seorang karyawan swasta usia 33 tahun. Dalam kehidupan pergaulan sehari-hari saya sering menjadi perhatian di lingkungan tempat saya bekerja, selain pergaulan yang luwes, saya memiliki postur yang bisa dikatakan lumayan. Dengan warna kulitku yang putih, tinggi 170 dan berat sekitar 67 Kg serta single, tidaklah sulit bagi diriku untuk mencari teman-teman baru.
Di perusahaan tempat aku berkerja, ada salah seorang teman wanita yang (pernah) menjadi perhatianku. Sebut saja namanya Andini. Dalam pergaulannya, Andini juga seorang yang luwes, oleh sebab itu dia di tempatkan oleh pimpinan perusahaan di bagian marketing, yang sebelumnya adalah teman satu bagian dengan saya.
Pada awal tahun 2003 yang lalu Andini melangsungkan pernikahannya dengan seorang teman kuliahnya. Walaupun sekarang sudah menikah, Andini tetap seperti yang dulu, luwes dan anggun. Walaupun postur tubunya bukanlah tipe seorang yang bertubuh tinggi dan langsing, tapi dia memiliki kharisma tersendiri. Dengan kulit yang putih, buah dada sekitar 34 serta betis yang indah, senyumnya yang menawan, tidak mengherankan bila menjadi perhatian para lelaki.
Kedekatan diriku dengan Andini berawal sejak dia bekerja pada bagian yang sama denganku 3 tahun yang lalu. Sejak dia pindah bagian (lantai berbeda walaupun dalam satu gedung) dan menikah, saya jadi jarang sekali bertemu. Paling hanya berbicara melalui telpon atau saling kirim email.
Kami sering bercakap-cakap mengenai kantor dan kadang-kadang menjurus ke hal yang pribadi. Karena Andini kadang-kadang berkeluh kesah mengenai masalah-masalah kantor, yang sering membuat pikirannya cemas. Dan hal itu terbawa dalam keluarga. Rasa cemas Andini terkadang memang berlebihan, yang membuat sampai awal tahun 2004 ini belum ada tanda-tanda bahwa dirinya hamil.
Setiap ada anggota keluarga atau temannya yang bertanya mengenai hal itu, menambah gundah dirinya. Segala upaya termasuk konsultasi kepada dokter sudah dilakukan, tetapi hasilnya tetap nihil. Rasa cemas dan bersalah timbul pada diri Andini, karena selalu menjadi bahan pertanyaan khususnya dari pihak keluarga. saya sering kali memberi semangat dan dukungan kepadanya untuk selalu belajar menerema apa adanya dalam situasi apapun.
Bila ada sesuatu pikiran yang membuat gundah Andini, saya selalu dapat membuat dirinya lupa dengan masalahnya. saya selalu dapat membuat dirinya tertawa, dan terus tertawa. Pernah suatu ketika, Andini tertawa sampai berlutut dilantai sambil memegang perutnya karena tertawa sampai keluar air mata dan sakit perut!!
Pada suatu hari (aku lupa persisnya) minggu ke 2 di bulan Februari 2004 yang lalu, Andini menelponku melalui HP. Pada saat itu saya baru saja sampai di rumah, setelah seharian bekerja.
“Haloo Diniiii.. Lagi dimana lu? Tumben nih malem-malem nelpon, hehehehe..” kataku kemudian.
“Lagi di rumaah. Lagi bengong-bengong, laper and cuapek buanget nih, tadi sayaada meeting di Kuningan (jalan kuningan-Jakarta) dari siang, lu sendiri masih dikantor?” kata Andini kemudian.
“Nggak laah, baru aja sampai di rumah. Eh, lu dirumah bengang-bengong ngapain sih? Emang di rumah lu kaga ada beras, sampai kelaperan gituh?” candaku kemudian.
Disana Andini terdengar tertawa renyah sekali,
“Hehehehe.. Emang benar-benar nih anak!! sayacapek karena kerja! Terus belum sempet makan dari pulang kantor!!”
“Ooo, gitu. sayakira lu capek karena jalan kaki dari kuningan ke rumah!” kataku kemudian.
“Eee, enak aja!! Ntar betis sayabesar sebelah gemana?”
“Lhaa kan, tadi sayabilang jalan kaki, bukan ngangkat sebelah kaki terus loncat-loncat? Kenapa betis lu bisa besar sebelah?”
Disana Andini hanya bisa tertawa, mendengar kata-kataku tadi.
“Sudah lu istirahat dulu Din, jangan lupa makan, mandi biar wangi. Seharian kan sudah kerja, capek, ntar kalau lu dikerjain ama laki lu gemana, sementara sekarang aja lu masih capek?” saya bicara seenaknya saja sambil meneguk minuman juice sparkling kesukaanku.
“Kalau itu mah laeen.. saya enjoy aja!! Nggak usah mandi dulu laki sayajuga tetep nempel. Lagian sekarang laki sayang gak ada, kok. Lagi ke Australia..” kata Andini kemudian.
“Ke Autralia? Wah, enak amat! Gini hari jalan-jalan kesono sendirian, lu kok kaga ikut? Ngapain Din, beli kangguru ya?” tanyaku seenaknya.
“Eh, ni anak dodol amat sih!! Urusan kantornya lah!!” kata Andini sengit, sementara saya hanya cekikikan mendengar Andini berkata sengit kepadaku.
“So anyway, seperti pertanyaan sayatadi, lu tumben Din, malem-malem gini telpon. Baru kali ini kan?” tanyaku.
“Iya, sayamau ngobrol aja ama lu. Abis disini sepi.. nggak ada yang bisa diajak ngomong” lalu Andini menceritakan apa-apa saja yang menjadi pembicaraan dalam meeting tadi.
Seperti biasa, saya diminta pendapat dalam masalah kantor yang sedang ditangani, dalam sudut pandang saya tentunya.
Tak terasa, kami berbicara sudah satu setengah jam yang kemudian kami berniat mengakhiri, dan berjanji akan di teruskan esok harinya di kantor. Sebelum saya menutup telpon, tiba-tiba Andini menanyakan sesuatu kepadaku,
“Eh, saya mau tanya dikit dong, boleh nggak? Tapi kalau lu nggak mau jawab, nggak apa-apa..”
“Apa?” tanyaku kemudian.
“Maaf Wan, kalau saya boleh tanya, Hmmm.. Lu pernah ML nggak?”.
Mendengar pertanyaan seperti itu saya sedikit kaget, karena walaupun pembicaraan saya dan Andini selalu apa adanya dan kadang bersifat pribadi, tapi belum pernah seperti ini.
“Ngg, pernah.. Kenapa Din?” tanyaku ingin tahu.
“Nggak, cuma tanya doang.. Lu pertama kali ML kapan, pasti ama cewe lu yah?” tanya Andini.
“Gue pertama kali ML waktu SMA, sama teman bukan ama cewe gue, lu sendiri kapan?”
Mendengar jawaban ku tadi Andini langsung berkata,
“Gue sih, waktu kuliah. Itu juga setelah TA, sama Randy (suaminya). Rasanya gemana Wan, ML pertama kali?” tanya Andini.
“Lhaah, lu sendiri waktu ML pertama kali gemana?”.
“Awalnya sih, sakit. Tapi enak juga.. Hehehe. Abis Waktu itu Randy buru-buru amat. Maklum waktu itu kami takut ketauan..”.
“Emang lu ML dimana, di kantor RW?”
“Hahaha, nggak lah!! sayalakuin di ruang tamu rumah sayasendiri. Waktu itu lagi nggak ada orang lain. Pembantu sayajuga lagi keluar rumah”
“Wah, ternyata waktu sayake rumah lu kemarin, sayanggak sangka duduk di sofa yang pernah digunain untuk perang antar kelamin..”
Andini hanya tertawa mendengar celotehanku itu. Kemudian kami saling bercerita mengenai pengalaman kami masing-masing, sampai dengan masalah posisi yang paling disukai dan yang tidak disukai dalam berhubungan intim. Kami juga sama-sama bercerita kalau kadang-kadang melakukan masturbasi apabila keinginan sudah menggebu dan tidak tertahankan.
“Wah, Wan.. kalau lu abis mastur, jangan dibuang sembarangan dong, kasiankan, anak lu pada teriak-teriak di got. Mending lu bungkus terus kirim ke sayaaja, kali-kali bermanfaat”
“Emang lu mau sperma gue, bawanya gemana? Dibungkus? Kaya bawa nasi rendang! Kirim lewat apa dong? Mending langsung tuang ke lu langsung. Praktis dan nyaman, hehehehe”.
“Week, mengharap amat! Lu yang nyaman, tapi sayayang nggak aman!! Nggak, sayacuma mau sperma lu aja” celetuk Andini dengan sengit.
“Sudah ah, sayamau mandi dulu terus tidur, besok kita kan masih kerja..” kata Andini kemudian. Setelah itu kami sama-sama berpamitan untuk menutup telpon.
TGF (Thanks God is Friday), hari itu saya melakukan seperti biasanya. Walaupun saya terasa mengantuk, tapi saya senang dan bekerja dengan semangat sekali karena besok dan lusa libur. Seperti janji semalam, saya makan siang dengan Andini untuk melanjutkan pembicaraan masalah kantor yang sedang dihadapinya. saya dan Andinipun berangkat bersama, menuju restoran yang menyajikan masakan Thailand di bilangan Jakarta Selatan.
Sepanjang perjalanan dan di tempat tujuan pembicaraan kami hanya berkisar masalah pekerjaan yang serius, sekali-kali bercanda dan tertawa. Tidak ada satupun topik yang mengungkit-ungkit pembicaraan akhir di telepon semalam.
Sampai pada saat kami diperjalanan pulang, kami hanya diam seribu bahasa. Mungkin karena Andini masih mengingat pembicaraan yang tadi dibicarakan. Kalau saya sih, sedang mengingat-ingat rencana apa yang akan dilakukan liburan nanti. Entah apa yang ada di benak Andini, mungkin pusing liat kemacetan lalu lintas yang sedang dihadapi, maklum dia yang jadi sopir. Sementara saya bersantai-ria disampingnya sambil mendengarkan lagu slow R&B.
“Kenapa sih, kok ngelirik sayaterus?” kata saya tiba-tiba, karena saya perhatikan dari sudut mataku, Andini sering melirik ke arah saya.
“Ge-Er aja sih lu? sayacuma liatin jalan, bukan liat lu! Jalan kan macet, jadi sayabingung mau ambil arah mana?” celetuk Andini.
“Weleh, muka liat jalan, kok biji mata lu ke arah gue? Emang, tampang sayakaya pengamen yah?”. Andini tertawa mendengar celotehan saya tadi.
Kemudian dia berkata,
“Wan, lu benar mau kirimin ke gue?”.
“Kirimin apa sih?”.
“Itu-tu, .. Pembicaraan kita semalem..” kata Andini.
“Tentang mastur..”
Aku langsung memalingkan wajahku ke Andini, bingung
“Mastur? Ooo, yang itu. Emang kenapa sih Din? Lu emang ingin benih gue?”.
“Sebenernya bukan itu, sayacuma ingin punya anak doang. Cuma sayabingung harus gemana?”
“Mungkin sekarang belum rezeki lu, kali Din. Lu jangan nyerah gitu donk! Suatu saat nanti, kalau rezeki lu sudah dateng, pasti juga dapet kok. Sabar ajah, ya Din” kataku.
“Jadi maksudnya, lu nggak mau kasih kesempatan ke gue? Maaf ya, Wan? Bukannya sayasudah kehilangan akal sehat, sayacuma mau tes aja. sayatahu lu orangnya bisa dipercaya. Apapun yang terjadi nanti, sayapercaya lu nggak berubah memandang diri gue. Tetep bisa jadi teman gue. Makanya sayaperlu lu”.
“Wah Din, kalau nanti hamil beneran gemana? Serem aja kalau sampai ketauan.. sayakan, jadi nggak enak ama keluarga lu?”.
“Biarin aja, itung-itung sebagai bukti kalau sayabisa hamil!”.
Setelah Andini berkata tadi saya berpikir, si Andini gila juga nih, pikirku. saya tahu, kami memang sama-sama dekat, tapi hanya sebatas teman biasa. saya hanya takut, nanti setelah kejadian, salah satu dari kami bisa muncul perasaan berbeda. Walupun Andini percaya saya tidak seperti itu, tetap saja saya ragu. Memang saya tidak memungkiri, ingin sekali tidur dengannya.
Tapi perasaan itu saya tahan, karena bisa merusak hubungan kami nantinya. Paling kalau sudah tidak terbendung, ujungnya hanya masturbasi. saya memang doyan sekali dengan yang namanya sex. Tapi saya tidak mau obral cinta demi sex semata. Oleh sebab itu, permintaan Andini ini bisa saja mengubah suasana. Tapi setelah saya pikir-pikir, apa salahnya saya coba. Toh, dari dulu memang saya ingin sekali melihat lekuk tubuhnya..
“gemana To, bisa nggak?” kata Andini tiba-tiba yang membuyarkan lamunanku.
“Bisaa.. Ya pasti sayabisa aja dong! Wong enak kok, main perang-perangan”.
“Heh, enak aja! Kata sapa lu, kita ML? sayakan cuma bilang minta sperma lu? Bukan berarti kita main sex!
Dan sayaminta kita bersikap obyektif yah, ingat sayasudah punya keluarga”.
“Jadi kita nggak nge-sex? Gemana caranya? Emang lu mau minum sperma gue, yang ada sih lu cuma kenyang, bukannya bunting!” kataku mulai bingung.
“Hush, jijik ah, omongan lu. Gemana caranya lu hanya keluarin sperma lu nanti, terus langsung masukin ke punya gue”.
“Waah, susah amat proyeknya! Tapi okelah, kita coba aja yah” sayapun menyanggupi, karena saya berpikiran, akan berusaha paling tidak bisa melihat bentuk tubuhnya yang membuat penasaran selama ini.
Kemudian dalam pembicaraan selanjutnya, kamipun sepakat untuk bertemu esok harinya di salah hotel bintang 3 di arah yang berbeda dengan daerah rumah kami di wilayah Jakarta selatan.
Hari Sabtu pun tiba. Setelah istirahat yang cukup, pagi-pagi sekali saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk tujuanku nanti. Setelah saya tiba di hotel tersebut, saya langsung check-in. Kemudian menunggu di kamar hotel setelah sebelumnya saya memberitahu Andini bahwa saya sudah sampai. Lama sekali Andini tidak muncul, sudah hampir 3 jam saya menunggunya sambil menonton acara music di TV kamar. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, ketika tiba-tiba ada ketukan halus dari pintu kamarku.
Dengan berdebar-debar sayapun bergegas mengintip dari pintu, ternyata Andini! Ketika saya bukakan pintunya, Andini langsung bergegas masuk meninggalkan saya di depan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu Andini menggunakan kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua.
Begitu sudah di dalam Andini langsung membuka blesernya yang ternyata memperlihatkan kausnya berlengan buntung. Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara saya hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur, menghadap ke TV.
“Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue?” kata Andini.
“Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka bletser terus duduk nonton TV”
“Siapa yang mau nonton, sayakan cuma baru dateng. Sori, yah, sayanggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Terus terang sayabingung, jantung sayadeg-degkan nih” kata Andini.
Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian saya menawarkan minum kepada Andini untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah saya membuatkan teh yang diminta Andini, sayapun duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur. Andini yang berada didekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur.
Posisi ini membuat saya bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang bagus, yang sejak dulu saya kagumi, karena tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali saya membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud saya hanya untuk mengendurkan suasana, dan ternyata saya berhasil. saya dapat melihat bahwa Andini sudah dapat rilex dengan susasana ini karena dapat menimpali pembicaraanku dengan cepat dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku.
Setelah Andini minum teh, dia berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku dengan bersandar pada tempat tidur. Sambil terus berbicara, saya mencoba memeluk pundaknya dari samping, dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus kami berbicara, saya mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang saya lakukan.
Dari pundak saya sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-sentuhan lembut yang saya lakukan tidak di pungkiri membuat Andini terpengaruh, walaupun dia tetap saja berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku itu. Ditambah lagi sekali-kali saya mencium pundaknya.
Sentuhan tangan kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini berpindah ke perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya. Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai saya menyentuh payudaranya walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama saya melakukan aksi tersebut sambil memberikan sentuhan dari luar.
Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam kaus Andini. Sentuhan pada perutnya saya langsung berikan tanpa halangan dari kausnya. Terus naik ke atas sampai saya menemukan payudaranya yang masih terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya, meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian saya berusaha mencari-cari putingnya sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan pada pundaknya.
Andini yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan matanya, sudah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik tanganku dari balik kausnya, “Sudah, yah..” kemudian dia mengecup bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan. Kali ini yang manjadi sasaranku adalah kakinya, karena posisi Andini agak sedikit miring ke arah saya. Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh kakinya sampai saya menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang masih tertutup dengan celana dalamnya.
Rangsangan yang saya berikan mungkin menambah panas suasana, karena Andini menyambut lumatanku dengan bergairah. Kemudian tanganya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang hebat, yang kemudian saya membimbing tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku. Terus saya melanjutkan aksiku di dalam roknya.
Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam celana, membuat saya bernafsu sekali. sayapun menyudahi lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung menurunkan kepalaku ke bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah, terus ke arah pangkal kaki, sedikit demi sedikit saya memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada kedua kakinya.
Sampai akhirnya di pangkal kakinya, dengan menyibakkan roknya sedikit demi sedikit, akhirnya saya dapat melihat celana dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda. sayapun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan disekitar pangkal pahanya. Begitu saya berniat untuk menurunkan celana dalamnya, Andini tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk. Posisi saya yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membuat turun agak kebawah karena Andini berdiri. Andini yang tahu hal itu langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur.
“Kita jangan sampai ML, yah?” kata Andini.
“Memangnya kenapa? Tuang spermanya gemana? Gini aja, sayaakan merangsang lu sampai keluar, setelah itu sayamasukin punya sayadan tumpahkan sperma sayadidalem, gemana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak sayaaja dong?” pintaku kemudian.
“Sama aja donk kita ML?”.
“Nggak lama kok, paling kalau sayasudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!” sergahku.
“Makanya lu sayabuat klimaks dulu, baru sayamasukin”.
“Tapi..” belum sempat Andini meneruskan saya sudah melumat bibirnya yang seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok. Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku dari bawah, Andini merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur. sayapun masih terus bergerilya, atas-bawah.
Kemudian saya menurunkan arah seranganku ke bagian bawahnya. Dari leher, pundak, saya remas payudaranya, terus ke perutnya, sampai dengan saya menyibakkan kembali roknya. Disitu saya melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke bawah, walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah memperlihatkan bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi.
Untuk beberapa saat saya masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu. Dari posisi di samping Andini, akhirnya saya memberi sentuhan halus melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya. Sedikit demi sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai saya turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai kebawah.
Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi, dan sedikit demi sedikit saya menarik turun celana dalamnya sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang saya kagumi itu. Setelah celananya saya lepas, dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah selangkangan Andini, saya membuka kakinya lebar-lebar kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan saya langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapih sekali.
Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki Andini sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin sekali menyutubuhinya. saya melumat vaginanya dengan sangat bernafsu sekali, sampai terdengar erangan lepas Andini yang sudah tidak tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan.
Erangan-erangan Andini tersebut membuat diriku lupa, dan terus melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya saya memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, sampai akhirnya saya memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah saya keluarkan dari ‘cup’ yang hanya menutup setengah dari payudaranya. Remasan halus yang saya berikan memberikan nuansa kenikmatan tersendiri bagiku.
Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan kekenyalannya membuat saya makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Walaupun saya belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus. Setelah beberapa menit, tiba-tiba Andini mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku. Sambil setengah teriak yang tertahan Andini berkata,
“Wannnn, .. saya mau keluarr.. Aduhh!!” kemudian Andini mengejang untuk beberapa saat.
Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah Andini terhempas limas, saya masih saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu baru saya merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya, setelah terlihat, saya menjilatinya dengan lahap.
Andini yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama, hanya terlihat pasrah saja. Karena saya sudah sangat bernafsu sekali, saya langsung melepas celanaku. Rotanku yang sudah sangat keras memang sedari tadi sudah membuat saya tidak nyaman. Dalam keadaan Andini yang pasrah tersebut, saya langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Andini. Seret, tapi nikmat sekali.
“Aduh! Ahh..” desah Andini sambil memejamkan matanya.
Sedikit demi sedikit saya masukkan, kemudian saya tarik sedikit, saya masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya saya menyodoknya dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku.
Kamipun menyatu, dan keinginan saya tadi untuk menyutubuhinya sudah terpenuhi. Karena desahan-desahan Andini yang membuat saya sangat bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh Andini yang masih berpakaian lengkap saya segera menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya dengan hitungan cepat pula, sayapun sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku. saya langsung mendekap Andini kencang-kencang sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya.
“Ahh, .. sayakeluar” sayapun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Andini. Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku.
Untuk beberapa saat saya masih mendekap tubuh Andini karena belum mau melepaskan rasa nikmatku itu. Beberapa saat kemudian sayapun bergulir terlentang disamping Andini. Sambil memegang tangannya, sayapun berkata,
“Enak banget punya lu, Din. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar sayajadi males kekantor gara-gara nafsu terus ama lu”.
“Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!” kata Andini,
“Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya sayangerasa agak mampet di vagina gue”.
“Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis sayasudah nafsu banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada waktu sayasudah nafsu banget dan sudah masukin barang sayatiba-tiba lu tadi nolak, atau kabur? Kan sayayang rugi. Mending sayanyetubuhin elu dengan cepat. Yang penting nafsu sayatersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah?”.
“Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?” kata Andini sambil tertawa renyah, saking gemasnya membuat saya langsung melumat bibirnya yang seksi itu.
Lama saya melumatnya, yang kemudian saya bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi.
Di kamar mandi saya membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang masih melekat dengan air hangat shower. Tidak lama setelah saya masuk ke dalam kamar mandi, Andini ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya. Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar, Andini membersihkan vaginanya dengan tisyu WC. Sementara saya yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, terus memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Andini. Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau dilihat dari belakang yang tiba-tiba membuat libidoku naik.
Rupanya Andini juga memperhatikan saya melalui pantulan cermin di depannya (shower berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat saya tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh.
“Din, jangan senyum-senyum gitu, napa?” kataku dengan gemas.
“Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin sayaterus, kan?” kata Andini. saya menghampiri Andini yang masih sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha sisi dalam.
“Kok, di bersihin, Din? katanya mau di jadiin?”
“Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha gue”. Sambil Andini bicara, saya mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya dari belakang.
“Ihh, geli doonk!” protes Andini, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya. saya nggak peduli, sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas, sampai kemudian saya menciumi lehernya kembali.
Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, saya terus menerus menciumi Andini yang sudah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar vaginanya. Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging kenyal yang tertutup bra.
Sedikit demi sedikit Andini terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi saya menyodorkan penisku yang sudah setengah online ke vaginanya. Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Andini dari belakang, sementara Andini memberi peluang dengan meninggikan pantatnya dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina Andini.
Kemudian saya menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual, sementara saya memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya, sambil terus mengecup tengkuknya dan lehernya. Perlakuanku tersebut membuat kami benar-benar menikmati persetubuhan kami itu.
Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut Andini mengeluarkan suara desahan lembut. saya menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil memperhatikan Andini dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan ekspresi mukanya yang sensual, menambah gairahku saat itu.
Di menit yang kesekian, Andini menurunkan kakinya dari atas closet dan masih bertumpu di depan cermin, dia menunggingkan pantatnya ke belakang yang membuat saya dapat menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu, saya menyodoknya terus menerus yang diimbangi oleh Andini dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal penisku.
Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan dengan posisi yang sama. Sampai saya merasakan denyutan halus di dalam vagina Andini yang makin terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Andini dalam posisi nungging menyondongkan badannya ke belakang membuat saya dapat meremas payudaranya dengan mudah.
“Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, sayamau sampai, To..”
“Tahan sebentar yah Din, sayajuga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar..”
Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian Andini mulai mengejang. sayapun yang sudah sampai puncaknya, dengan rapat memeluknya dari belakang serta memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras. Kamipun bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama. Sementara cairan cintaku yang saya tumpahkan di dalam vagina Andini terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Andini terlihat berdiri, yang kemudian saya kecup dengan lembut.
Andini berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian mengecup lembut bibirku, yang saya jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya yang seksi. Entah kenapa, saya merasa senang sekali memperlakukan Andini seperti itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas serta dekapan kami berdua menambah mesra suasana romantis saat itu. Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita dari Titi Dj,
“Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang.. Menjaga cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kita tiada.. Duanya..”.
Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas yang memburu menambah gairah kami, yang sebelumnya telah melakukan persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil berpagutan, saya mendorong Andini perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, saya pangku Andini tanpa melepaskan pagutan kami berdua, yang menambah panas suasana di ruangan itu.
Andinipun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa, sementara sayapun tidak tinggal diam. Kaus Andinipun saya buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu, sedikit terbungkus dengan bra. saya langsung menciumi buah dada Andini sambil membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, saya pelintir putingnya dan saya sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan saya remas dengan lembut buah dada Andini yang indah itu dengan penuh kasih sayang.
Desahanan Andini menjadi-jadi, setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali. Sambil memeluk Andini, saya menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali bahu dan ketiaknya, Sementara Andini perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya.
Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan Andini pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua. Tatkala gerakan Andini bertambah cepat, sayapun mendekapnya dengan erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas, sampai jeritan panjang Andini yang merasakan ejakulasi setelah mendapat orgasmenya tersebut.
Tanpa melepaskan pelukan, saya mengejang untuk beberapa saat dan menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberikan kecupan sayang kepada Andini yang telah memberikan kenikmatan dalam persetubuhan. Sambil memeluk Andini, saya ambuk ke belakang. saya membelai rambutnya, mengecup kening dan bibir Andini yang terlihat sangat letih tapi terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah bermandikan keringat.
“Lu keliatan capek, Din. Istirahat dulu aja,” kataku.
“Nggak ah, sayaemang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget!” kata Andini kemudian.
“Enak barang gue, atau lu emang doyan sex?”
“Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah sayaberkobar! Touch of Art..”
Aku tertawa mendengar kelakar Andini tersebut. Kemudian saya bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua, sementara Andini Andini bergerak ke arah bantal besar diatas tempat tidur. Di kamar mandi saya menyempatkan untuk menghisap sebatang rokok kesukaanku. Sambil menghisap saya memandang cermin di depanku,
“Bermimpikah saya ini” batinku. saya cubit-cubit mukaku, perih.
“Berarti saya nggak mimpi. saya menyetubuhi Andini? Wah..”
Sambil menghisap rokokku, saya tersenyum bangga sekali, karena bisa tidur dengan Andini. Setelah hisapan terakhir rokokku, saya berkumur dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur.
Di atas tempat tidur, ternyata Andini sudah tertidur lelap. Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang saya lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan saya merangkak menghampiri Andini. Dalam posisi yang sama, vagina Andini saya masukkan dengan penisku yang sudah setengah tegang, bless.
Sedikit-demi sedikit saya masukkan dengan bantuan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Setelah penisku masuk hampir semua, saya maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya. Sodokan-sodokan halus yang saya lakukan ternyata tetap membuat Andini tersadar dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku.
“Auhh.. uhh, To.. Belai saya dong.. Nikmat juga nih! Geli..” kata Andini kemudian.
Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh serta meremas halus buah dadanya.
Setelah puas, saya menyuruh Andini untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan. Dalam posisi tersebut, saya setubuhi Andini dari atas yang mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat Andinipun tak luput dari remasan tanganku. Setelah saya bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku. Sodokan demi sodokan saya berikan serta keringat kami yang membanjir, menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua.
Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi kami memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, saya menyuruh Andini untuk terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, saya setubuhi Andini sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan saya buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan.
Bermula dari saya yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Andini serta mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian Andini menyusul dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku, menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya penisku ke dalam vagina Andini. Setelah itu saya memberikan ciuman mesra kepada Andini dengan rasa sayang.
Menit berikutnya saya ambruk disampingnya. Peluh kami sudah tidak terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil bercanda saya dan Andini saling memandikan dengan mesranya. Setelah selesai, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung. Sementara di TV menampilkan lagu ‘Bilakah’ dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur pulas.
Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku. Sewaktu terbangun, kulihat Andini sedang mengulum dan menjilati penisku seperti makan candy. Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman Andini. Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala Andini mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku. Penisku yang sudah mengeras bertambah keras diperlaskukan sedemikian rupa olehnya.
Setelah itu Andini mengambil posisi berjongkok di atas penisku. Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke arah lubang cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik kembali, digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan demasukkan kembali. Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya, Andini mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan.
Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah dadanya. Andini yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian memutar-mutar pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada gairah kami berdua. Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang saya balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah. saya kemudian meminta Andini untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku.
Dalam posisi tetap di bawah, saya dapat memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap. sayapun dapat leluasa meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya. Menit berlalu tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama.
Setelah itu saya meminta Andini untuk menungging. Dengan posisi doggy style saya menyetubuhinya sambil meremas buah dadanya dengan lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur tubuh Andini membuat diriku tidak dapat membendung gairah puncakku itu. Yang kemudian saya meminta Andini untuk kembali pada posisi awal, saya dibawah dan Andini diatas untuk dapat mendekapnya dengan mesra.
Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Andini dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari bawah sayapun mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian menambah getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Andini. Setelah berakhir, Andini jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh nikmat.
“Uhhff.. Baru kali ini sayangerasain enaknya bercinta,” kataku kemudian.
“Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu sayasudah minta ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu..”
“Enak aja lu! Emang sayamau ngasih perawan sayake elu! Jangan konyol..” kata Andini sambil melempar bantal ke arahku.
“Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita?”
“Iya siih, tapi kan karena sayamau cepet dapat anak. Kalau perawan sayatetep dikasih ke suami gue, donk”
“Seett, pelit amat sih lu!!” kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Andini. saya yang sudah tahu gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai giliran Andini untuk membersihkan diri.
Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Andini pamit kepadaku untuk kembali ke rumah. sayapun mendekapnya dengan mesra serta memberinya kecupan pada kening dan bibirnya. Setelah itu kamipun berpisah, Andini pulang dan saya tetap di hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. saya memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan.
Hari-hari berikutnya di kantor, saya tetap bertemu dengan Andini. Bila bertemu dan berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Sampai kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu, Andini memberi kabar bahwa dia hamil. Dan Andini memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku, karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami lakukan.
Dari perselingkuhannya dengan saya pertama kali hingga kini, saya telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari Andini memberitahukan bahwa dirinya hamil. Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama (kami hanya melakukan sekali setiap pertemuan), karena takut merusak janin yang ada dalam kandungannya. Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi, mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami Andini.
0 komentar:
Posting Komentar