Selasa, 14 Maret 2017

Cerita Pesta Sex Di Kamar


Griva gadis berparas cantik dengan kulit putih dan bersih, dia seorang mahasiswi yg cerdas di kelasnya, tapi bentuk buah dadanya dan pantatnya biasa saja bisa dibilang kurus kalau seukuran dia, di Semarang Griva bekuliah dan disana dia ngekost bersama salah satu temannya sebut saja Lia dia lebih tua dari Griva usianya 29an diusianya yg segitu dia masih terlihat cantik dan pandai dalam merawat tubuhnya.
cerita HOT Klik disini 
Rupanya, ci Lia yg sudah lama tak merasakan belaian seorang laki-laki; lebih tepanya memendam libido yg secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya. Selama ditinggalkan kekasihnya sejak 5 thn tang lalu, ci Lia sering merasa kesepian tak jarang ci Lia memuaskan birahinya sendiri dengan berbagai perlatan dan DVD yg disewanya/dibeli melalui pembantunya, karena ci Lia sendiri sebenarnya malu kalau harus terang2terangan menyewa atau membeli barang-barang seperti itu.
Rupanya, ci Liayg sudah lama tdk merasakan belaian pria menyimpan; lebih tepatnya menimbun libido yg secara perlahan-lahan telah menggerogoti moralnya (walaupun belum sampai mengenai akal sehatnya).
Demikian pula untuk bercinta dengan laki-laki yg belum dikenalnya, ci Lia menganggap mereka tdk bersih sehingga ia takut untuk bersetubuh dengan mereka. Namun demikian, ini tak mengurangi fantasi ci Lia dalam membayangkan bentuk sex yg diinginkannya.
Bahkan sejak setahun yg lalu, ia juga mulai tertarik untuk melakukan hubungan sex dengan sesamanya. Ini dapat dilihat dari reaksinya terhadap Griva sehari-hari, sering ia menelan ludah dan menjilati bibirnya sendiri ketika melihat Griva memakai kaos ketat apabila ia ke kampus. Padahal bentuk tubuh Griva biasa-biasa saja apalagi apabila dibandingkan dengan dirinya sendiri yg jauh lebih sexy. Apa yg dilihat pada diri Griva adalah dirinya sendiri 9 tahun silam; ketika ia masih berada di awal-awal usia 20 thn: alim dan rajin namun begitu naif. Ci Lia sendiri akan bertekat untuk memberinya ‘pelajaran’ suatu saat.
Namun sesudah cukup lama tinggal bersama Griva, barulah ci Lia mengetaui bahwa ia sudah tak perawan lagi ketika ia masih duduk dibangku SMP dulu pacarnya sendiri memperkosanya dan sejak saat itu, Griva begitu minder dan seringkali menghindar dari pergaulan sekitarnya, hingga saat ia kuliah. Ci Lia mengetaui hal ini dari Griva sendiri yg memandang Ci Lia sebagai wanita sabar, dewasa dan bijaksana.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, 1 minggu yg lalu adik ci Lia yg laki-laki tiba dan hendak menginap untuk sebulan karena ada suatu urusan. ‘sekali tepuk dua lalat’ inilah yg ada dalam pikiran ci Lia melihat adiknya sendiri dan Griva.
Pada suatu sore sejak empat hari kedatangan adiknya ci Lia sudah mempersiapkan rencana yg baik: pertama adiknya, kemudian Griva. Biasanya, Griva tiba di kost jam 7 malam dan ia hendak memulai rencananya itu jam setengah 7 dengan melakukan ‘pemanasan terhadap adiknya.
Jam setengan 7, ci Lia memanggil adiknya untuk ke kamarnya. Tanpa berprasangka apa-apa, adiknya masuk ke kamarnya. Dilihatnya ci Lia yg memakai celana pendek jeans ketat dan kaos tanpa lengan yg ketat juga ia sedang menghadap kecermin dan mengikat rambutnya yg bergelombang itu. Melihat bayangan adikknya dicermin, ci Lia tersenyum dan berkata:
“Masuk aja, cici cuma sebentar kok” diam-diam, adiknya memperhatikan cicinya dan berfikir: ‘cantik juga ci Lia, walaupun hampir mendekati kepala 3. tubuhnya juga begitu padat dan sexy’
Ci Lia yg mengerti bahwa sedang diperhatikan adiknya hanya tersenyum simpul tiba-tiba ia berdiri, mendekati adiknya dan menggandeng tangannya. Adiknya terkejut sekali namun ia tak berkata apa-apa. Ci Lia membimbing adiknya menuju menuju sebuah pintu sambil sesekali melirik kebelakang dan tersenyum simpul ke arah adiknya.
Ci Lia membuka pintu kamar tersebut dan menyalakn lampunya. Ternyata, apa yg diliat adiknya adalah sesuatu yg sungguh menakjubkan namun juga membuat sedikit shock: sebuah kamar yg luas dengan seluruh dinding ditutupi dengan bahan kedap suara berwarna pink.
Ranjang yg terletak di tengah-tengah ruangan, sebuah tv lengkap dengan stereo-setnya yg mewah: juga tv kecil yg menampakkan situsai di ruang tamu, kamar Griva dan kamarnya sendiri.
Namun yg membuatnya begitu terkejut dan sedikit takut adalah koleksi dvd bokep yg berserakan di lantai. Berbagai alat bantu sex, dan sebuah manekin lengkap dengan penis karetnya segala.
Taulah ia apa yg diinginkan dari cicinya tanpa disadarinya, ci Lia sudah menutup dan mengunci pintu kamarnya dan mulai melucuti pakaiannya satu persatu. Namun ia berhenti sampai pakaian dalam saja. Jadilah ci Lia hanya memakai BH dan CD berwarna hitam, ia berdiri begitu sexy dan sungguh menggoda dengan rabutnya terikat.
“Sudahlah, kamu nurut saja toh kamu disini cuma sebulan. Masa kamu tdk kasian sama cici yg sudah lama tak merasakan belaian seorang laki-laki”
Adiknya masih ragu. Ci Lia tau ini dan tanpa membuang banyak waktu, ia segera mendekatinya adiknya dan melepas celana adiknya dengan mudah (entah bagaimana, adiknya tak mampu melawan cicinya sendiri). Mulailah ci Lia memainkan batang penis adiky itu. Ci Lia mempercepat gerakan mengocoknya dengan tangan kanan, dia mendongak keatas dan menatap wajah adiknya dengan tatapan penuh birahi, ia mendesis sambil berkata:
“Ssshhhh… awas kalau kamu berani keluar sebelum aq. Lebih baik kamu cari tempat kos lain aja, meskipun kamu adikku!”
Sesudah berkata demikian, ci Lia memasukkan seleurh batang penis adiknya ke dalam mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya maju mundur dengan cepat. Adik ci Lia hanya dapat mengerang nikmat mendapat perlakuan seperti itu dari cicinya yg ternya sangat lihay dalam hal memuaskan pasangannya, ia berusaha dengan sekuat tenaga untuk tdk mengecewakan cicinya.
Di tengah-tengah permainan, ci Lia melepas BH nya dengan tangan kirinya yg masih bebas. Diliriknya tv kecil yg secara rahasia memonitor kamar Griva. Ternyata ia baru saja datang. Adiknya yg nafsunya sedang meninggi pasti akan mau diajaknya berkompromi.
Ci Lia menghentikan oralnya, dan taulah ia bahwa adiknya agak kecewa.
“Tunggu sebentar aq ada tugas buat kamu: ajaklah Griva ke kamar ini” adiknya mengerti apa yg diinginkan ci Lia.
Sementara adik ci Lia pergi memanggil Griva ia segera mematikan monitor-monitornya, melepas CD nya yg sedikit terbasaihi oleh cairan memeknya dan bersembunyi di balik pintu.
Begitu adiknya masku kekamar dengan Griva ia dengan cepat menutup dan mengunci pintu kamarnya lagi dan mendorong Griva hingga terjatuh ke tempat tidur. Griva yg bertubuh kurus dan lelah sehabis kuliah tak dapat memberikan perlawanan yg bearti terhadap kelakuan ci Lia yg begitu tiba-tiba tersebut. Ci Lia melucuti kaos ketat Griva dengan buas.
“Kyaaaaaa!!!” Griva menjerit keras, namun percuma karena kamar tersebut kedap suara. Adik ci Lia hanya diam saja karena shock melihat kebuasan cicinya apalagi dengan sesama jenis! ci Lia telah sampai pada BH Griva.
Dengan kasar, ci Lia merenggut BG Griva dan membuangnya ke lantai. Ci Lia melihat sepasang buah dada Griva yg kecil.
“Seharunya kamu nggak usah pakai BH sekalian. Toh tdk memberi perbedaan yg bearti…” ci Lia melanjutkan dengan membuka kancing celana jeans Griva dan melepaskannya.
“Pahamu mulus jugta yah….” terakhir, ci Lia melepas CD Griva.
Griva tak dapat berbuat apa-apa terhadap perlakuan ci Lia yg terus menggeraygi tubuhnya dan sesekali menciuminya.
Tiba-tiba ci Lia bangkit dan berjalan menuju lemari. Diambilnya sebuah dildo dan semacam lotion. Ia melumuri dildonya dengan lotion tersebut dan memberikan kepada adiknya,
“Kamu pakai juga. Aq tak mau dia menjerit-jerit kesakitan” adik ci Lia menurut ia melapas seleurhmelucuti seluruh pakaianya dan mulai melumuri batang penisnya dengan lotion yg diberikan cicinya.
“Jangan ci.. aq takut” Griva yg sudah lemas berkata dengan penuh kecemasan, melihat ci Lia memakai dildo bergerigi dengan ukuran yg cukup besar seperti memakai CD.
Ci Lia dengan cepatnya bergerak ke arah Griva.
“Diam. Mana lotionnya” sesudah mendapatkan lotionya, ia mulai melumuri dinding memek Griva dan melumuri pantatnya pula.
“Kamu nggak usah takut, percaya sama cici aja” Sesudah itu, ia membalikkan tubuh Griva dan melumasi lubang anusnya pula.
“Ayo amu lubang yg satunya!!” ci Lia menyuruh adiknya untuk mengentot Griva yg malang di lubang pantatnya.
Adiknya menurutinya, ia berpindah duduk di atas tempat tidur. Ci Lia memapah tubuh Griva dan menempatkanny di atas adiknya.
Griva yg tak berdaya hanya dapat memandang sorot mata penuh nafsu ci Lia yg sedari tadi sibuk mengatur posisi dan membantu adikknya memasukkan penisnya ke dalam lubang pantat Griva. Blesss! penis adik ci Lia akhirnya berhasil masuk ke dalam lubang pantat Griva yg sudah tak karuan bentuknya karena sejak tadi di obok-obok ci Lia.
Rasa sakit yg bercampur nikmat membuat Griva membelalakkan matanya, ia membuka mulutnya dan merintih.
“Aaaaahh…” ci Lia membaringkan Griva dari posisi duduk menjadi terlentang dengan adiknya dibawahnya (dan penisnya yg sudah menancap ke lubang pantat Griva)
“Griva, aq yakin kamu akan menyukai ini dan pasti ketagihan sesudah ini” ci Lia memasukkan dildo nya ke dalam memek Griva.
Griva yg posisinya di tengan dengan keadaan tak berdaya, berusaha menahan nikmat bercampur nyeri di lubang memek yg sudah dihujam dildo dari ci Lia serta batang penis adik ci Lia yg mencap di lubang pantatnya.
Mulai ranjang bergoyang… mulanya perlahan, namun makin lama makin cepat… demikian pula dengan erangan dan rintihan Griva…..
“Aaargggg…. aaahhhhh,,” Griva masih memakai kacamata minusnya ketika permainan di mulai.
Ci Lia tertawa melihat Griva berusaha bertahan:
“Jangan ditahan dan jangan dilawan Griva nikmati aja, sayangg!!!” perlahan-lahan rintihan Griva mulai berubah menjadi desahan nikmat birahi…
“Oohh.. ohh.. yesshh… mmhhhh.. ooohhhh…” kenikmatan dientot di kedua lubangnya secara bersamaan membuat Griva kehilangan kendali.
Griva yg alim dan sopan perlahan larut… perlahan berubanh menjadi Griva yg liar, sifat liar yg seakan ditularkan dari ci Lia meracuni pikiran Griva yg semula begitu bersih dan polos.
“Iyahh.. terusss!! lebih cepat ci ayo ciiii…!! aahh… ahh… mmhhhh… ”
Griva mencengkram kuat sprei ranjang, tubuhnya dipenuhi dengan peluh yg membuat kulitnya tampak mengkilat dibawah cahaya lampu. Hal ini membuat ci Lia semakin bernafsu mempercepat gerakan pinggulnya. Griva semakin menikmatinya ia memejamkan matanya sambil memegang rambut ci Lia.
“Oogghh.. nikmat sekali… ciii…. aaaa.. akuu.. belum pernah… ouhh… senikmat ini…”
Adik ci Lia menyodok lubang pantat Griva sambil meremasi kedua buah dada Griva dari belakang, walaupun ukuran buah dada Griva kecil namun ini tdk mengurangi rangsangan demi rangsangan yg diterimanya.
“Oooogghhh… aahhhh…” mulut Griva menganga dan mengeluarkan teriakan-teriakan yg semakin tak beraturan.
Tubuhnya pun mulai mengejang; taulah ci Lia bahwa ‘anak didiknya’ saat ini hampir meraih orgasme.
Ci Lia mengurangi kecepatannya dan mengubah gerakan maju mundurnya menjadi gerakan mengaduk dengan menggoyangkan pinggulnya. Griva secara alami mengikuti gerakan ci Lia dengan menyesuaikan gerakan pinggulnya. Hal ini justru menambah kenikmatan bagi Griva. video asoy
Sampai akhirnya tubuh Griva benar-benar mengejang dan Griva melepas teriakan yg panjang dan keras. Sesudah itu, teriakan berhenti dan seluruh ruangan menjadi sunyi. Ci Lia mencabut dilso dari lubang memek Griva, ternyata dildo itu sudah ditutupi cairan kental dan saat ci Lia menariknya keluar ada sebagian dari cairan tersebut menetes dan adapula yg masih melekat antara dinding memek Griva dengan dildo ci Lia.
Adik ci Lia mencabut penisnya dari lubang pantat Griva dan merebahkan Griva yg sudah lemas di ranjang. Griva masih memejamkan matanya. Ci Lia melepas kacamata Griva yg masih dipakainya dan meletakkan di meja yg terletak di samping ranjang.
“Lain kali, kalau mau main jangan lupa di lepas dulu kacamatanya” – cerita pesta sex –
Ci Lia tersenyum dan mencium Griva, kemudia ia melepaskan dildonya dan menaruhnya begitu saja di lantai. Ia memandang adiknya dan berkata:
“Kamu jangan cuma bengong aja, kamu masih punya tugas satu lagi” setelah berkata kemudian, ia duduk di lantai melebarkan kedua pahanya mengarahkan lubang memeknya yg sudah basah dan licin ke arah adiknya.
Kemudian ci Lia menunjuk ke arah memeknya:
“Ayo jilatin memekku” adiknya menjilati memek ci Lia dengan lembut. Keenakan, ci Lia memejamkan matanya dan nafasnya tak beraturan, desahan desahan nikmat keluar dari mulutnya tak beraturan.
Ci Lia menjambak rambut adikknya dan menekan-nekan wajah adiknya itu ke memeknya.
“Arrrgggghhh.. ooogghhhh.. nikmaattttttttt…..” ci Lia benar-benar menikmati setiap permainan mulut adiknya di memeknya, namun ditengah ambang kesadaran dan tdk ci Lia ingat bahwa ia tak ingin mencapai orgasme dengan cara seperti ini.
“Oghh… tunggu… bee.. berhenti dulu… eemmhh.. sekarang giliran.. cici ngerjain punyamu….”
Adik ci Lia berhenti. Ci Lia kemudian berjongkok membelakangi adiknya, sekarang ia dalam keadaan jongkok menghadap anus adiknya. Adiknya agak kebingungan dengan tingkah laku cicinya.
Namun ci Lia cuek aja: tangan kirinya ia lewatkan di antara kaki adiknya, dan tanganya itu mencnegkram biji peler adiknya dengan lembut dan mulai meremas-remasnya.
“Tenang sayang kujamin kamu akan suka sekali…” ci Lia tersenyum penuh nafsu, dan dengan tangan kiri masih meremasi biji peler adiknya ia mengangkat telapak tanganya, menghadapkannya ke arah wajahnya dan meludahi tanganya sendiri kemudian mengerut-erutkan tanganya.
Kemudian ia melingkarkan tangan kanannya dari pinggang sebelah kanan adiknya langsung menuju ke arah penis adikknya. Dan mulailan ci Lia mengocok penis adiknya itu dengan tangan kananya yg sudah dilumasi air ludahnya sendiri.
“Oogghhh… cii… nikmat sekali…..” ci Lia meneresukan gerakan tanganya sampai ia merasa batang penis adiknya sudah cukup tegang mengeras.
Sesudah itu, ia membalikkan tubuhnya dan mengambil posisi nungging di lantai. Taulah adik ci Lia apa yg diinginkan cicinya ini. Ia juga mengatur posisi dibelakang cicinya.
“Awas ya pokoknya aq nggak mau di anal. Maenin lubang memekku aja” adiknya menurut, dan permainan di mulai.
Adik ci Lia memulai gerakannya dengan pelan.
“Emmmm.. masih kurang, lagi donk!” gerakkannya dipercepat, ci Lia memejamkan matanya kenikmatan.
Ia menambah kenikmatan dengan menggosok-gosok klitorisnya sendiri, dengan sebelumnya jari-jarinya dibasahi dengan diludahinya.
“Aaahhh.. nikmaattt sayang… eemmhhhh..” permainan ini berlangsung cukup lama sampai ci Lia minta ganti posisi lagi. Kali ini ci Lia ingin dientot dengan posisi tubuh menyamping.
Ci Lia meyampingkan badannya dan sudah mandi keringat tadi ke arah kanan sementara adik ci Lia mengangkat paha cicinya sebelah kanan dan meyandarkan ke bahu sebelah kirinya.
Dengan demikian, ia leluasa dapat memasukkan penisnya ke lubang memek ci Lia. Ia mulai bergerak maju mundur,
“Oogghhh.. mmhhhh…” untuk sekedar menambah kenikmatan, jari tangan kanan ci Lia mengocok keluar masuk lubang pantatnya sendiri.
“Yaahhhh… ouugghhhh…”
Tubuh ci Lia terus bergerak-gerak, buah dadanya pun ikut bergerak tak beraturan. Adik ci Lia yg sedari tadi begitu terangsang dengan gerakan buah dada cicinya sendiri itu sudah tak tahan lagi, ia memajukan tangan kanannya guna meremas buah dada cicinya itu.
“Oohhh toketmu empuk sekali cii….”
Ci lia hanya tersenyum, ia mencabut jari-jarinya dari lubang anusnya dan ikut meremas toketnya bersama-sama dengan tangan adiknya itu. Persetubuhan terus berlangsung, ci Lia merasakan tubuhnya sendiri mulai mengejang, ia sendiri sudah tak mampu berfikir jernih lagi. Hanya kenikmtan yg dirasakan sekujur tubuhnya sekarang.
“Aaaaghhhhh aaakkkuuuu… mmmhhhhhh…” keluarlah ci Lia, meraih orgasme yg di idam-idankan dalam posisi meyamping. Tercapailah segala keinginannya selama ini.
Demikian pula adik ci Lia, ia segera bangkit karena sudah tak tahan lagi, dan ci Lia mengeatui hal ini karena ia sudah berhasil mencapai orgasme, maka ia berniat membantu adiknya untuk mengeluarka pejuh yg sangat ia inginkan itu.
Ci Lia berjongkok, tersenyum menggoda kearah adiknya dan mulai mengocok penis adiknya.
“Nah, sekarang cici ingin merasakan nikmatnya pejuhmu. Ayo sayangg.. semburkan… jangan ragu… ayo sayang….!” ci Lia memainkan penis adiknya naik turun dengan gerakan memutar sambil sesekali menjilati pangkal penis adiknya.
“Iihhh.. masih belum keluar juga… sebentar….” sambil mengocok penis adiknya dengan menggunakan tangan kanannya, ci Lia meremas lembut biji peler adiknya.
“Oohhh.. ciii.. aq mau keluaarr nihh…!!!” ci Lia langsung mengarahkan penis adiknya ke mulutnya, menyambut pejuh yg segera menyembur masuk ke dalam mulutnya.
Griva yg sejak tadi tergeletak lemas berusaha bangkit dan merangkak menuju ci Lia dan adiknya.
“Ci Lia.. aq juga mau…” kata Griva sambil menunjuk kearah mulutnya sendiri.
Tetes pejuh terakhir adik ci Lia sudah habis menyembur ke dalam mulut ci Lia yg sexy. Ci Lia menelan sedikit pejuh adiknya dan menahan sisanya di dalam mulutnya.
Ci Lia tersenyum dengan mulut belepotan pejuh adiknya, membelai Griva, kemudian membaringkan, dan meletakkan kepala Griva di pangkuannya. Griva yg sudah lemas hanya menurut saja. Dengan gerakan lembut, ci Lia menyentuh bibir Griva dan menggerakkan ke bawah dengan jari telunjuknya.
Griva mengerti apa yg dimaksud ci Lia, ia membuka mulutnya. Bibirnya bergetar. Ci Lia kembali tersenyum, ia mengarahkan mulutnya tepat di atas bibir Griva yg sudah merekah, kemudian membuka dan memuntahkan pejuh yg sudah bercampur ludah yg menetes dari ujung bibirnya.
Pejuh yg di dalam mulut ci Lia sudah habis dipindahkan ke dalam mulut Griva. Ci Lia tersenyum lebar dengan sedikit sisa pejuh bercampur Ludah pekat yg menetes dari ujung bibirnya.
Kembali, dengan gerakan lembut, ci Lia memberi isyarat kepada Griva untuk menutup mulutnya. Griva menuruti dan tersenyum bersamaan dengan ci Lia.
“Nah, aq nggak pernah pelit kepada gadis manis seperti kamu.”
“Ambilah bagianmu dan nikmatilah” Griva menelan pejuh yg sudah diberikan ci Lia kepadanya.
“Makasih ciii….” kemudian Griva bangkit dan duduk. Griva menyentuh wajah ci Lia dengan lembut.
Griva kembali membuka mulutnya, bergerak maju kearah bibir ci Lia sambil menjulurkan lidahnya pula. Mereka berciuman lama dan saling menjilati sisa-sisa pejuh hingga bersih.
Sejak kejadian itu, kehidupan ci Lia dan Griva selalu dipenuhi dengan petualangan, hampir setiap bulan Griva ‘menjebak’ teman kuliahnya entah itu pria atau wanita. Mungkin dalam kesempatan lain, Griva dapat membagi kisah petualangannya disini.

0 komentar:

Posting Komentar